Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barang siapa mengenal dirinya, maka pasti ia mengenal Tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya maka bodohlah akan dirinya.”
Manusia terdiri atas tiga (3) unsur
1. Jasmaniah (badan kasar)
2. Bathiniah (badan halus)
3. Ruhaniah (cahaya)
1. JASMANIAH
Piranti
atas manusia yaitu jasmaniah/badan kasar piranti keras, untuk mengenal
lebih jauh akan piranti ini mari kita kaji salah satu dari ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang apa itu jasmaniah (fisik manusia).
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 7 dan 8
Ayat 7, “Yang membaguskan pembuatan tiap-tiap sesuatu dan ia telah mulai pembuatan manusia itu dari tanah.”
Ayat 8, “Kemudia ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Diawali
dengan kalimat “yang membaguskan (menyempurnakan) maknanya adalah
segala sesuatu yang ada pada alam semesta ini melalui suatu proses,
tidak serta merta dia ada proses ini dinamakan evolusi, seperti halnya
baju (pakaian). Tidak tiba-tiba ia ada dibadan kita, untuk menjadi
pakaian melalui proses yang cukup panjang demikian pula dengan jasad
manusia melalui proses evolusi yang sangat panjang, artinya bahwa
keberadaan alam ini dengan segala bentuknya ini adalah suatu dimensi
pencapai bentuk dimana terjadinya tata surya, galaksi, planet-planet
mengalami suatu proses evolusi bentuk dan model sebelum dihuni oleh
makhluk-makhluk berikutnya seperti manusia, binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Evolusi alam semesta inilah yang melahirkan bentuk
makhluk berikutnya tersebut yang saat berada diatas muka bumi. Kalimat
selanjutnya mengatakan “Ia telah mulai pembuatan manusia dari tanah”,
kata “tanah” sendiri secara matrialpun melalui proses dan yang dimaksud
tanah disini adalah unsur-unsur yang terdapat pada tanah tersebut.
Seperti halnya unsur tanah yang terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Ada
hubungan yang erat antara kalimat pertama dan kalimat kedua suatu mata
rantai yang jelas dan pasti bahwa segala sesuatu akan melalui suatu
proses penyempurnaan pada dimensi bentuk dan kualitasnya bahwa untuk
mencapai bentuk manusia dalam dimensi fisiknya melalui proses yang
sangat lama dan panjang. Dari suatu bentuk dan kualitas yang sangat
sederhana menuju bentuk yang lebih sempurna yang akhirnya sampai pada
bentuk fisik manusia yang sekarang ini.
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 12
“Dan sesungguhnya kami telah jadikan manusia dari air tersaring dari tanah.”
Unsur-unsur yang ada pada tubuh manusia (perangkat keras) terdiri atas 4 anasir yaitu :
1. Anasir Api
2. Anasir Angin
3. Anasir Air
4. Anasir Tanah
Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 25
“Bukankah Kami telah jadikan bumi itu pengandung kamu?”
Bahwa
unsur yang terkecil yang ada pada bumi yaitu molekul, dari unsur
molekul tersebut bermutasi menjadi inti sel inilah proses awal memasuki
peradaban makhluk yang mendiami muka bumi. Inti sel bermutasi membentuk
virus positif dan virus negative proses evolusi didalam mutasi dan
adaptasi virus melahirkan makhluk bersel tunggal, sementara itu pada
sisi yang lain bersamaan dengan proses hewan terkecil, molekul lainnya
bermutasi memasuki dimensi tumbuh-tumbuhan yang diawali tumbuhan berupa
lumut dan terus berevolusi sampai menjadi hutan belantara yang ada
sekarang ini.
Dari makhluk bersel tunggal bermutasi
menjadi bermacam jenis binatang yang keberadaan di lautan, beberapa
binatang ini bermutasi menjadi ikan dan tahapan lanjut nya dari
beberapa jenis ikan bermutasi masih berbentuk ikan tetapi ia dapat
hidup di air dan darat, evolusi harus berjalan seiring dengan
berputarnya waktu jadi ia binatang penghuni daratan.
Setelah
jutaan tahun muncullah binatang-binatang purba yang diantara jenisnya
adalah dinosaurus. Pada zaman inilah terjadi bencana alam yang demikian
dahsyat hingga sebagian besar binatang-binatang purba hampir-hampir
menemui kepunahan namum demikian masih ada dari beberapa jenis yang
mampu bertahan hidup, dari jenis binatang ini, beberapa berevolusi
menuju kepada bentuk-bentuk yang mendekati bentuk manusia, ia dikenal
dengan nama Kera atau Monyet atau Orang Hutan dan nama orang hutan
inilah perlu digaris bawahi, kemudian dari jenis orang hutan
beradaptasi dalam mutasi kepada bentuk manusia secara fisik akan tetapi
masih sangat primitive, dimana akal dan fikirannya masih sangat
terbatas. Evolusi bentuk, akal, fikir terus berlangsung beradaptasi
dengan kondisi alam sekitarnya hingga sekarang ini.
Dalam
kajian ini mutasi yang dimaksud yaitu perubahan pada inti sel atau
istilah saat ini dikenal nama “GEN” (Genetik), perubahan yang terjadi
pada evolusi alam (Bumi) mempengaruhi penyesuaian pada inti sel dan
perubahan pada inti sel ini terlihat seperti tidak beraturan
sesungguhnya tidak demikian, ia beradaptasi mengikuti bentuk perubahan
kondisi iklim yang terjadi, keakuratannya sangatlah seimbang, melahirkan
baik bentuk, jenis maupun kualitas yang berbeda.
Sejak keberadaan binatang dilaut, setelah makhluk bersel tunggal perkembang biakan makhluk dari mani (nuth-fah).
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 8
“Kemudian Ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Bukan
hanya manusia, seluruh binatang maupun yang berada didarat dan diair
proses perkembang biakannyapun dari mani, ini adalah suatu system
program Tuhan didalam evolusi makhluk.
Kalimat “dari air
yang lemah” bahwa fisik manusia (badan kasar dan badan halus)
terkandung anasir dari sifat kehewanan (binatang) evolusi makhluk masih
bersifat fisikal demikian makna dari kata “lemah.”
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14
“Kemudian,
Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu Kami
jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan tulang-tulang,
lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan daging, kemudian
Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya). Maka maha suci
Allah, sebaik-baik pembikin.”
Proses terjadinya
manusia sejak dari mani sampai dengan janin sama persis dengan
binatang, adapun letak perbedaannya pada kalimat “Kami jadikan dia satu
kejadian yang lain (sifatnya)”. Makna yang terkandung pada kalimat ini
ialah setelah mani berproses menjadi janin pada usia empat bulan
sepuluh hari atau seratus tiga puluh hari diberikanlah Ruh Allah pada
janin tersebut berbeda halnya dengan binatang, tidak ada Ruh Tuhan pada
seluruh binatang yang ada dimuka bumi. Setelah usia janin sembilan
bulan sepuluh hari secara umum lahir bayi manusia dengan bentuk fisik
yang sempurna namun demikian, kondisi sifat masih terkandung
sifat-sifat kehewanan.
Firman Allah Ta’ala : Surat 80 (‘ABASA) Ayat 18 dan 19
Ayat 18, “Dari apakah Ia jadikan dia (manusia).”
Ayat 19, “Dari Nuth-fah Ia jadikan dia, lalu Ia atur sifat-sifatnya.”
Didalam
badan halus (bathin) manusia masih terkandung anasir-anasir dari
unsure api, angin, air dan tanah. Keempat unsur tersebut terkandung
sifat-sifat kebinatangan sementara Ruh mengandung sifat Ketuhanan. Sifat
binatang inilah yang dikendalikan oleh iblis atau disebut hawa nafsu,
anasir inilah sebagai penghalang atas Ruh untuk melahirkan sifat Ilahi
terhadap jasmaniah manusia.
Evolusi selanjutnya adalah
bagaimana usaha manusia untuk mencapai tingkat kesempurnaannya sebagai
makhluk Ruhaniah bagian dari Ruh Allah sebagaimana para nabi dan rasul
sebagai suri tauladan atas seluruh manusia diatas bumi ini.
Firman Allah Ta’ala : Surat 76 (AL-INSAN) Ayat 2
“Sesungguhnya
Kami telah jadikan manusia dari pada setitik mani yang bergiliran,
yang Kami beri percobaan kepadanya yaitu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat.”
Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 20 s/d 23
Ayat 20, “Bukankah Kami telah jadikan kamu dari pada air yang hina).”
Ayat 21, “Yaitu Kami taruh dia ditempat ketetapan yang teguh.”
Ayat 22, “Hingga satu masa yang tertentu.”
Ayat 23, “Lantas Kami tentukan bentuknya, karena Kamilah sebaik-baik pembentuk.”
Dari
beberapa ayat yang tertulis didalam Al-Qur’an yang menceritakan
tentang kejadian manusia, seluruhnya mengisyaratkan akan suatu proses
evolusi dan seperti halnya ayat-ayat diatas mempertegas akan proses
tersebut. Kondisi ini tertuang pada kalimat yang berbunyi pada ayat 22
pada ayat 20 “air yang hina” mengandung arti bahwa fisik manusia
terkandung anasir sifat-sifat hewan.
Proses evolusi
terhadap manusia akan terus berlangsung hingga kehancuran alam semesta
(kiamat), kehancuran yang terjadi disebabkan oleh tangan-tangan manusia
dari sifat-sifat kehewanan (hawa nafsu), orang-orang ini yang tidak
menyadari karena tidak memahami akan tujuan hidup atas dirinya, mereka
tidak berevolusi menuju kepada tata nilai kesempurnaannya dan komunitas
ini menempati kelompok mayoritas atas peradaban manusia. Kondisi ini
terjadi adalah hal yang wajar karena untuk menuju kesempurnaan melalui
tingkat kesulitan yang tinggi apa lagi pada zaman modern seperti
sekarang ini, tinggal menunggu waktu saja, untuk menyaksikan hancurnya
peradaban atas komunitas manusia.
Firman Allah Ta’ala : Surat 30 (AR-RUM) Ayat 41
“Telah
lahir kerusakan dibumi dan dilaut dengan sebab usaha tangan-tangan
manusia, yang akhirnya Allah rasakan kepada mereka ganjaran dari
sebagian yang mereka kerjakan, agar mereka kembali.”
Tahapan
selanjutnya setelah bentuk manusia dari segi fisiknya mencapai
kesempurnaanya pada usia kandungan seratus tiga puluh hari, disinilah
tata nilai manusia sebenarnya pembeda atas spesies binatang.
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 9
“Lalu
Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya dan
Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi
sedikit sekali kamu bersyukur.”
Bentuk dari
makhluk-makhluk yang Allah ciptakan yang tersebar diseluruh alam
semesta ini, manusialah yang paling ideal, bentuk dari kesempurnaan
makhluk ini terlukis pada kalimat “disempurnakan kejadiannya” artinya
bahwa evolusi atas makhluk telah sampai pada tahapan akhir, dan pada
usia bentuk makhluk yang dimaksud dengan manusia dialam kandungan
seratus tiga puluh hari, maka ditiupkan Ruh Allah kedalam tubuh
(jasmaniah) manusia, kondisi ini mengisyaratkan gambaran kesempurnaan
atas diri manusia bahwa kesimpulan atas definisi ayat (9) yaitu ia
adalah makhluk Ruhaniah yang dilengkapi dengan badan kasar dan badan
halus sebagai piranti atas kehidupannya kelak pada alam dunia (dimensi
matrial). Lahirnya manusia pada alam dunia adalah awal dari proses
evolusi berikutnya yaitu evolusi sifat dan dapat diistilahkan evolusi
bathin.
Firman Allah Ta’ala : Surat 4 (AN-NISA) Ayat 28
“Allah hendak meringankan keberatan dari manusia, karena manusia itu dijadikan bersifat lemah.”
Artinya
bahwa kesempurnaan manusia baru dalam kondisi fisik (badan kasar) saja
tetapi kondisi bathin (badan halus) masih bersifat lemah, itu sebabnya
mengapa kitab Al-Qur’an diturunkan diatas bumi ini, itu semata-mata
sebagai petunjuk dan pedoman dalam rangka meringankan keberatan
(kesulitan) atas manusia mencapai kesempurnaan lahir maupun bathin,
sedangkan Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber atas semua keadaan
dan atas seluruh program dan system yang ada pada seluruh alam semesta
ini.
EVOLUSI SIFAT
Setelah
makhluk berevolusi semenjak keberadaannya dimuka bumi suatu proses
evolusi yang panjang, memakan waktu jutaan tahun dalam bentuk fisik
menjadikan bentuk fisik manusia yang terdiri atas tiga musuh yaitu
jasmaniah, bathiniah dan Ruhaniah.
Jasmaniah terdiri atas antara lain : Jantung, hati, otak, paru-paru, darah, tulang daging dst.
Bathiniah terdisri atas antara lain : Akal, daya pikir, perasaan, hawa nafsu, panca indera dst.
Dalam
perjalanan hidupnya manusia melalui tujuh fase yaitu : Bayi, balita,
anak-anak, remaja, pemuda, setengah tua, tua. Seluruh perangkat ini
berkembang menurut ukurannya masing-masing dan setiap individu manusia
berbeda-beda.
Ruhaniah terdiri atas (3) unsur :
1. Nur Allah (Alif)
2. Nur Rasul (Lam)
3. Nur Insan (Mim)
Proses
evolusi bathiniah ini adalah evolusi akhlak (moral) yang mencerminkan
akan perilaku manusia dalam menempuh perjalanan hidup, lulus atau
tidaknya jalan yang ditempuhnya bahwa, jasmani kasar (fisik) mengandung
unsur-unsur yang terdapat pada alam ini yaitu :
1. Unsur Api
2. Unsur Angin
3. Unsur Air
4. Unsur Tanah
Masing-masing
unsure tersebut memiliki sifat sendiri-sendiri, unsur sifat ini kita
istilahkan Anasir, kondisi jasmani diatas terdiri atas anasir keempat
yang terdapat pada jasmani kasar, ia disebut hawa nafsu.
Sabda Rasullulah SAW :
“Sesungguhnya hawa nafsu menutupi hatiku sehingga aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tujuh puluh kali.”
(HR. Muslim dari hadist Al-Aghrar AlMuzani)
Musuh
utama manusia adalah hawa nafsu yaitu empat anasir yang dikendalikan
syetan, ia penghalang atas proses evolusi manusia menuju kepada sifat
Ilali yang terkandung atas Ruhaniah. Pada zaman Nabi Muhammad, perang
terbesar dikisahkan adalah Badar, sesudah perang Badar masih ada perang
yang lebih besar yaitu perang melawan hawa nafsu. Kondisi ini terjadi
pada setiap individu manusia, untuk itulah kita wajib mengerti dan
memahami apa yang dimaksud dengan hawa nafsu.
Pada diri manusia terdapat dua sifat yaitu :
1. Sifat Hewan (binatang)
2. Sifat Tuhan (Allah)
Untuk
memenangkan perang terbesar atas manusia dimana musuh terbesarnya
adalah unsur kehalusan (hawa nafsu) maka untuk mengerti dan memahami
akan karakteristik dari unsur-unsur tersebut menjadi prioritas utama
dalam kata lain hal yang sangat wajib.
1. UNSUR API (AMARAH)
Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF) Ayat 53
“…………..karena sesungguhnya nafsu amarah itu menyuruh kepada kejahatan.”
Seperti
halnya sifat atas api nafsu amarah pemicu atas besar dan kuatnya
keinginan pada jasmani kasar (fisik) dan jasmani halus (bathin) atas
segala kebutuhannya ia menguasai jiwa untuk memenuhi hasrat keinginan
kepuasan yang bersifat sementara, ia merangsang untuk berbuat aniaya,
maksiat dll dengan menghalalkan segala cara sifat api (amarah) ini akan
melahirkan kebodohan atas diri manusia, ia merupakan dimensi kelicikan,
sumber perilaku yang tercela, potensi otak hanya digunakan selalu
berfikir jahat, yang ditimbulkan kerap kali merugikan orang lain.
Cerminan
yang tampak atas perilaku manusia dapat terlihat antara lain : mudah
marah, mudah tersinggung, keras kepala, pendendam, suka mencela, suka
sekali dihormati, pembenci, ujub, ria, takabur, sombong (tinggi hati),
merasa selalu benar, ingin menang sendiri, dll.
Kondisi
ini terjadi manakala qualitas spiritual yang lemah namun demikian
intelegensial quality tidak berarti lemah. Pada dekade sekarang ini
banyak kita jumpai sifat amarah ini menguasai manusia, ia terdapat pada
tingkat social lemah menengah terutama pada kalangan atas. Nafsu
amarah lebih condong kepada kekuasaan (tahta) dan untuk mendapatkannya
apapun akan dilakukan demikian karakteristik atas unsure api pada diri
manusia
2. UNSUR ANGIN (LAUWAMAH)
Firman Allah Ta’ala : Surat 75 (AL-QIYAMAH) Ayat 2 s/d 5
Ayat 2, “Dan tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah.”
Ayat 3, “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan bisa mengumpulkan kembali tulang- tulangnya.”
Ayat 4, “Bahkan Kami kuasa atas meratakan (menyusun) kembali jari-jarinya.”
Ayat 5, “Tetapi kecenderungannya manusia itu berbuat kedurhakaan terus menerus.”
Ayat
kedua dari surat Al-Qiyamah diawali dengan kata “tidak” ini menandakan
bahwa kalimat-kalimat selanjutnya adalah sesuatu hal yang pasti
terjadi dan sama sekali tidak ada keraguan atas kejadiannya.
Kalimat selanjutnya setelah kata “tidak” adalah “Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah”
Nafsu
Lauwamah (Angin) artinya karakteristik seperti halnya perilaku angin
dimana kondisi manusia yang tidak mempunyai ketetapan hati, setiap
detik selalu berubah terkadang kebarat kemudian timur, utara, selatan
terkadang berputar dengan kencang, terkadang lemah, terkadang keras
kondisi ini karena pengaruh pertemuan suhu panas dan suhu dingin
demikian pula kondisi yang terjadi pada diri manusia, dimana fikirannya
selalu berputar baik siang maupun malam, tidak pernah ada ketenangan,
pergi kesana dan kemari, hatinya tidak pernah tentram ini semua
disebabkan karena cintanya kepada dunia, syaitanlah yang menjadi
penguasa atas manusia yang seperti ini.
Kata “bersumpah”
memaknakan akan kondisi manusia bahwa kebanyakan (mayoritas) manusia
berada pada kondisi lauwamah artinya ia dikuasai oleh karakter angin.
Kecenderungan
terhadap harta benda demikian besar maka akan mengakibatkan
kecenderungan terhadap Tuhan demikian lemah (kecil) artinya nilai-nilai
KeTuhanan terabaikan, tidak pernah merasa cukup dan puas dengan apa
yang sudah didapat, selalu saja kurang, hidup baginya mengabdi pada
dunia. Ayat tiga (3) mengandung maksud dan makna yaitu, tegaknya
manusia disebabkan tulang belulang sebagai penopang atas badan lahir
demikian manusia bisa berjalan, berlari, beraktifitas kita bisa
bayangkan manakala jasad manusia tanpa dilengkapi dengan tulang belulang
dan dari mana tulang berasal.
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14
“Kemudian,
Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu Kami
jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan tulang-tulang,
lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan daging, kemudian
Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya). Maka maha suci
Allah, sebaik-baik pembikin.”
Bahwa tulang
mengandung seluruh unsur alam, ia mewakili atas seluruh unsur yang
terdapat pada badan lahir (jasad). Tulang atas manusia seperti halnya
tiang terhadap rumah tidak akan rumah itu berdiri kokoh tanpa adanya
tiang. Kata “mengumpulkan” terkait dengan manusia yang mencintai dunia
dengan kecintaannya itu maka pekerjaannya mengumpulkan akan harta
dunia. Orang-orang ini kepercayaannya terhadap akhirat sangat lemah
mengakibatkan ia tidak yakin dengan kalimat yang tertulis pada surat
Al-Mu’minun ayat tiga (3). Ayat empat (4) kias atau simbul jari-jari
adalah ia sebagai alat pelaksana atas apa yang diingininya seperti
halnya mengumpulkan harta dan mencarinya.
Firman Allah Ta’ala : Surat 104 (AL-HUMAZAH) Ayat 2 & 3
“Yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”
“Yang menyangka bahwa hartanya memelihara dia”
Perilaku
seperti ini akan terus menerus menguasai seseorang maka ayat lima (5)
menyatakan bahwa apa yang dikerjakan adalah perbuatan durhaka.
Pada
zaman modern sekarang ini, kondisi yang dimaksud pada surat Al-Humazah
ayat 2 dan 3, sudah menjadi pemandangan umum, dimana manusia
berlomba-lomba atas kehidupan dunia, cita-citanya terhadap harta begitu
besar, penyakit ini menghinggapi hampir seluruh kalangan masyarakat
dunia.
Karakteristik unsur angin mengakibatkan atas diri
manusia seperti cahaya didalam diri, terkadang hidup namun demikian
lemah energinya terkadang mati dalam lubuk hati manusia suatu saat
berbuat maksiat (kejelekan) saat-saat tertentu menyadari akan
perbuatannya kemudian ia menyesalinya dan saat lain ia mengulanginya
terkadang cahaya Ruh Ilahi melalui jiwa kerap kali menegurnya dengan
halus akan perbuatan maksiat yang dilakukannya tetapi ia tidak mampu
untuk mencegahnya.
Kondisi ini merupakan sumber
penyesalan, karakter nafsu lauwamah adalah ia sebagai penggerak atas
hawa nafsu-hawa nafsu yang lainnya.
Diantara sifat-sifatnya adalah :
Suka
makan enak dan banyak, korup, serakah, rakus, pelit, boros, suka
memperkaya diri, bermegah-megahan, segala sesuatu ingin dimiliki dst.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar