Minggu, 23 Oktober 2011

Rahasia Hati - Imam Al Ghazali




Bahasan ini merupakan bagian dari buku Rahasia Hati yang akan saya sampaikan satu per satu bab dan bagiannya. Ini akan menjadi bagian pembuka untuk menjelaskan hati dan rahasia yang terdapat di dalamnya.

Bab Al Qalbu, Ar Ruhu, An Nafs, Al Aqlu

Dalam kalangan ulama terkemuka jarang sekali mendalami pengetahuan tentang nama-nama ini, baik dalam segi perbedaan artinya, batas-batasnya, dan apa yang dinamakan dengan nama-nama tersebut. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang terjadi, disebabkan kebodohan dalam memahami arti dari nama-nama tersebut juga karena ketidaktahuan bahwasanya nama-nama itu tidak hanya memiliki satu
arti. Disini akan coba dijelaskan mengenai perbedaannya.

Pertama, Al Qalbu memiliki dua pengertian yakni:

1. Al Qalbu (Jantung) yang berupa segumpal daging yang berbentuk bulat memanjang seperti buah shanaubar, yang terletak di pinggir dada sebelah kiri, yaitu segumpal daging yang mempunyai tugas khusus yakni memompa darah.
2. Al Qolbu (Hati dalam arti secara harfiah) yang berupa sesuatu yang halus (lathifah), bersifat Ketuhanan (Rabbaniyah) dan kerohanian yang ada hubungannya dengan hati jasmani.
Hubungan antara hati jasmani dan hati rohani itu seperti halnya benda yang dijadikan perkakas dengan perkakasnya, atau seperti akar pohon dengan tempat dia berakar.

Penjelasan ini dijelaskan secara hati-hati disebabkan oleh dua hal.
a. Sesungguhnya hati rohani itu berhubungan erat dengan ilmu mukasyafah (ilmu yang diperoleh dari Ilham Allah). Sedangkan tujuan dijelaskannya Rahasia Hati disini ditekankan pada Ilmu Mu'amalah (ilmu yang diperoleh dengan belajar).
b. Sesungguhnya mendalami hakekat hati rohani memerlukan terbukanya rahasia ruh, sedang dalam masalah ini tidak pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Kedua, kata ar Ruhu (nyawa) ini juga digunakan untuk sesuatu yang berhubungan dengan jenisnya yang digolongkan menjadi dua pengertian:
1. Ruh yang merupakan jenis yang halus yang bersumber dari rongga hari jasmani, lalu tersebar ke seluruh tubuh melalui perantara otot dan urat. Yang dijelaskan di sini bukan berarti darah. Akan tetapi semacam unsur halus berupa uap yang berasal dari pemanasan dalam hati.
2. Ruh yang berupa sesuatu yang halus yang ada pada manusia, yang dapat mengetahui segala sesuatu dan yang dapat menangkap segala pengertian.
Hal ini dijelaskan tadi pada pengertian "hati". Dan itulah yang dikehendaki Allah Ta'ala dengan firman-Nya:
"Katakan! bahwa ruh itu termasuk urusan Allah" (Q.S Al Isro': 85)
Ruh dalam pengertian ini termasuk urusan ketuhanan yang menakjubkan dimana akal manusia dan pemahamannya tidak sanggup mengetahui hakekatnya.

Ketiga, Kata-kata nafsu mempunyai beberapa makna tetapi yang berhubungan dengan pembahasan ini ada dua pengertian:
1. Nafsu yang dituju disini adalah tempat berkumpulnya kekuatan amarah dan syahwat pada diri manusia yang nanti akan dijelaskan kemudian. Pengertian ini digunakan oleh para ahli Tashawuf karena mereka berpendapat bahwa nafsu itu tempat berkumpulnya sifat-sifat tercela pada manusia, oleh karena itu mereka berkata: "Nafsu mau tidak mau harus dilawan dan dihancurkan".
2. Nafsu dalam arti yang halus yang telah disebutkan diatas, yaitu hakikat manusia, yakni diri manusia dan zatnya. Nafsu dalam pengertian ini bermacam-macam sesuai dengan keadaannya.

Apabila nafsu tersebut tenang pembawaannya dan jauh dari gangguan yang disebabkan oleh syahwat maka nafsu yang demikian disebut Nafsu Muthmainnah (nafsu yang tenang), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Hai nafsu yang tenang! kembalilah kepada Tuhanmu dengan gembira dan menggembirakan" (Q.S. Al-Fajr: 27-28)

Bila melihat nafsu dalam pengertian pertama diatas, nafsu tersebut tidak memiliki gambaran untuk kembali kepada Allah Ta'ala, malah selalu mejauhi-Nya dan termasuk dalam golongan syaitan.

Apabila nafsu itu tidak sempurna ketenangannya, namun ia selalu menentang dan melawan nafsu syahwat, maka nafsu yang demikian disebut Nafsu Lawwammah (Nafsu pencela), oleh karena itu ia selalu mencela dirinya ketika teledor dan lalai berbakti kepada Tuhannya.
Firman Allah Ta'ala:
"Aku bersumpah dengan nafsu yang amat mencela (kejahatan)" (Q.S. Al-Qiyamah: 2)

Apabila nafsu tersebut telah melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau lagi melawan, malah tunduk dan patuh saja pada kehendak nafsu syahwat dan panggilan syaitan, maka nafsu yang demikian disebut Nafsu Ammarah bissuu' (nafsu penganjur kejahatan).
Allah ta'ala menceritakan tentang Yusuf a.s dan istri Fir'aun dalam firman-Nya:
"Dan aku tidak akan membiarkan Nafsuku, karena nafsu itu suka memerintah kepada yang jelek". (Q.S. Yusuf: 53)

Keempat, Kata-kata Al Aqlu (akal) ini mempunyai arti yang bermacam-macam. Dari berbagai arti itu yang berhubungan dengan pembahasan Rahasia Hati ini adalah:
1. Akal yang berarti pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di dalam hati.
2. Akal yang berarti , menangkap dan mendapatkan segala ilmu, maka akal disini adalah hati rohani.

Kita ketahui bahwa kata "Akal" kadang-kadang diartikan sebagai sifat orang yang berilmu, dan kadang-kadang berarti tempat pengetahuan yakni "yang mengetahui".

Bab Balatentara Hati (Bagian Pertama)

Berhubung bab ini sangat panjang, maka saya akan menguraikannya dua kali.

Firman Allah Ta'ala:
"Dan tidak ada yang mengetahui akan tentara Tuhanmu melainkan dirinya sendiri." (Q.S. Al-Muddatsir: 31)

Allah SWT memiliki tentara yang dikirim kedalam hati, Ruh, dan alam-alam lainnya. Dan hanya Allah sendiri yang mengetahui hakekat dan jumlah bilangannya. Disini akan ditunjukkan sebagian dari tentara hati yang ada hubungannya dengan pembahasan sebelumnya.

Tentara hati itu dibagi menajdi dua macam:
a. Tentara yang dapat dilihat dengan mata kepala
b. Tentara yang tidak dapat dilihat, kecuali dengan mata hati (Bashiroh)

Hati itu berkedudukan sebagai raja dan tentara itu berkedudukan sebagai pelayan dan pembantu, maka inilah yang dinamakan tentara hati.
Adapun tentara hati yang nampak, dapat dilihat dengan mata yaitu: Tangan, kaki, telinga, lisan dan seluruh anggota badan, baik yang lahir maupun yang batin. Semua itu menjadi pelayan hati dan bekerja secara cuma-cuma untuknya. Hatilah yang mempergunakan dan yang menjalankan semuanya. Sesungguhnya anggota badan itu secara naluri dijadikan tunduk kepada hati kita, ia tidak mampu menyalahi dan mendurhakainya.
Apabila hati menyuruh mata terbuka, maka terbukalah, bila menyuruh kaki bergerak, maka bergeraklah, menyuruh lidah berbicara, maka bicaralah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hati kita, begitupun anggota badan lainnya.

Kepatuhan anggota badan dan panca indera lainnya kepada hati itu dapat disamakan dengan kepatuhan Malaikat terhadap perintah Allah Ta'ala, karena sesungguhnya Malaikat itu diciptakan untuk tunduk dan mereka tidak kuasa menyalahi. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah akan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka dan senantiasa patuh dan melaksanakan perintah-Nya.

Adapun yang membedakan kepatuhan para Malaikat dan kepatuhan anggota badan itu adalah para Malaikat itu tahu akan kepatuhan dan keta'atannya, sedangkan anggota badan, dalam mematuhi hati itu berdasarkan taskhiir (paksaan) yang tiada dijelaskan sebelumnya dari dirinya dan dari kepatuhannya kepada hati. Artinya, Malaikat tahu bahwa apa yang diperintahkan kepadanya adalah sesuatu yang baik yang berasal dari Allah. Sedangkan hati, baik atau buruknya perintah itu, maka dia akan selalu melaksanakannya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh hati. Tanpa terkecuali itu adalah perintah untuk berbuat dosa atau perbuatan buruk lainnya.

Sesungguhnya hati itu membutuhkan tentara tersebut sebagai kendaraan dan bekal perjalanannya untuk menuju Allah SWT dengan memanfaatkan tentara-tentaranya itu untuk beribadah dan bertakwa kepada-Nya atau perbuatan lainnya yang dapat menghantarkan dia menuju Allah SWT.

Allah ta'ala berfirman:
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepadaKu." (Q.S. Adz-Dzariat: 56)

Kendaraan hati adalah badan, dan bekalnya adalah ilmu. Sesungguhnya yang menjadikan ilmu itu sebagai bekal adalah "amal shaleh".
Badan adalah kendaraan yang dapat menghantarkan hati kita ke dunia ini, untuk itu badan harus dipelihara dan dilindungi. Caranya adalah dengan memberi makan dengan apa-apa yang cocok dan sesuai untuknya dan menjauhi apa-apa yang dapat membinasakannya.

Untuk memasukan makanan ke dalam tubuh dibutuhkan dua tentara yakni:
a. Tentara batin, yang berupa syahwat (keinginan)
b. Tentara lahir, yang berupa tangan dan anggota badan lainnya yang ikut mendatangkan makanan itu.

Untuk itu Allah telah menjadikan di dalam hati manusia, syahwat (keinginan) yang dibutuhkan dan menjadikan anggota badan sebagai alat untuk memenuhi syahwat (keinginan) itu.

Untuk menolak bahaya yang membinasakan badan diperlukan dua tentara pula, yaitu:
a. Tentara batin, yang berupa Ghodlob (amarah) yang dapat menolak segala yang merusak dan menuntut balas dari musuh.
b. Tentara lahir, yang berupa tangan dan kaki, dimana dengan keduanya itu dapat berbuat menurut kehendak amarah.

Seseorang yang memerlukan makanan selama ia tidak mengenali makanan itu, maka tidak akan tumbuh keinginannya terhadap makanan dan kesukaannya itu.

Untuk mengenali makanan hati memerlukan dua tentara,
a. Tentara batin, yang berupa hasil tangkapan dari panca indera seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, penyentuhan dan perasaan lidah.
b. Tentara lahir, yang berupa mata, telinga, hidung, dan lainnya.

Balatentara Hati (Bagian Kedua)

Keseluruhan tentara hati yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian bisa kita golongkan menjadi 3 bagian yaitu:
1. Tentara Pembangkit dan pendorong yang terdiri dari:
a) Pembangkit dan pendorong untuk mengambil apa-apa yang bermanfaat dan cocok untuk badan, yaitu yang berupa syahwat (Keinginan)
b) Pembangkit atau pendorong untuk menolak apa-apa yang berbahaya dan menyengsarakan badan, yaitu yang berupa ghodlob (amarah)
Tentara pembangkit dan pendorong ini bisa disebut juga sebagai "kemauan"

2. Tentara Penggerak, yaitu yang menggerakan anggota badan guna mencapai berbagai maksud dan tujuan. Dan tentara kedua ini disebut juga "Kekuasaan"

3. Tentara penangkap dan pengenal terhadap segala sesuatu yang bertugas sebagai "al jawaasis" (mata-mata), yaitu:
- Kekuatan penglihatan
- Kekuatan pendengaran
- Kekuatan penciuman
- Kekuatan perasaan lidah
- Kekuatan sentuhan (rabaan)
Tentara ini biasa disebut juga sebagai "ilmu" atau "penemu".

Selanjutnya tentara ketiga ini dibagi atas:
a) yang menempati tempat-tempat lahir, yaitu panca indera (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan sentuhan)
b) yang menempati tempat batin, yaitu isi otak.

Apabila manusia melihat sesuatu, kemudian ia memejamkan mata, maka ia akan mendapatkan gambaran sesuatu di dalam jiwanya, yaitu khayal. Gambaran itu akan tetap dalam jiwanya sebab disitu ada tentara pemelihara. Kemudian ia berfikir akan apa yang terpelihara dalam jiwanya, maka tersusunlah sebagai suatu gambaran dengan gambaran yang lain, maka ia teringat dengan apa yang dia lupakan dan kembalilah ingatan kepadanya.
Akhirnya terkumpullah sejumlah pengertian perasaan pada khayalan dengan perasaan gabungan antara beberapa perasaan. maka di dalam batin akan muncul perasaan berupa Daya hayal, daya fikir, daya ingat dan daya hafal.

Andaikan Allah tidak menjadikan kekuatan untuk menghafal, berfikir, mengingat dan menghayal, maka otak akan menjadi kosong sebagaimana kosongnya tangan dan kaki. Kekuatan-kekuatan itu termasuk tentara batin dan tempatnya juga di dalam batin.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Kisah Abu Bakar dan Akhlaknya

Menurut kesepakatan para Ulama bahwa orang yang paling utama di kalangan manusia setelah Nabi SAW dan para Nabi a.s ialah Sahabat Abu Bakar As Shiddiq r.a. Kedudukannya yang paling afdhal di tengah umat ini telah menjadikan dia mendapat tempat yang istimewa di mata Allah dan RasulNya. Selagi masih hidup dia telah mendapat berita gembira sebagai ahli syurga.

Abu Bakar r.a juga yang kelak akan mendahului masuk syurga sebelum orang kebanyakan masuk syurga. Meski demikian pada diri Abu Bakar r.a terdapat rasa takut yang sangat luar biasa kepada Allah. Mari kita simak apa yang terjadi pada diri Abu Bakar r.a

Pernah suatu hari sahabat Nabi ini berkata “Alangkah baik seandainya aku sebatang pohon yang akan ditebang.”

Pernah juga ia berkata. “Alangkah baiknya jika aku sehelai rumput yang akan dimakan oleh hewan ternak.”

Kadang-kadang beliau berkata. “Alangkah baiknya jika aku sehelai rambut di badan seorang mukmin.”

Pada suatu ketika beliau telah memasuki sebuah kebun dan melihat seekor hewan sedang memakan rumput disana. Beliau menarik nafas panjang sambil berkata, “Betapa gembira hidupmu. Kamu makan, kamu minum, kamu ke sana dan ke mari di bawah rindangnya pohon-pohon dan di akhirat nanti tiada penghisaban yang akan kamu terima. Alangkah baiknya kalau Abu Bakar seperti kamu.”

Daftar Sahabat Nabi Muhammad SAW Lengkap

Daftar Sahabat Nabi Muhammad Sahabat Nabi, dari kata shahabah (ash-shahaabah, الصحابه) adalah mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Halaman ini adalah rangkuman untuk informasi lengkap tentang Daftar sahabat Nabi Muhammad, biografi dan riwayat hidup para sahabat nabi Muhammad, dan lengkap daftarnya. Catatan untuk memudahkan mencari nama-nama sahabat Nabi Muhammad kemudian untuk dibuka riwayat hidup dan profilnya.
Informasi dikumpulkan dari wikipedia Indonesia, bagi para kawan netter dari STAIN atau dari latar belakang pendidikan Islam mungkin akan membutuhkan saat ingin digunakan sebagai referensi karya tulis Islami. OK sekilas kita bahas dulu tentang definisi sahabat Nabi Muhammad, lalu baru pada daftar sahabatnya.
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi'i pernah berkata:
"Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam"
Daftar Sahabat Nabi Muhammad Kebanyakan para muslim mendefinisikan para sahabat nabi Muhammad sebagai mereka yang mengenal Nabi Muhammad SAW, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Para sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60 nama, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut pula murid Nabi Muhammad langsung.
Identifikasi terhadap sahabat nabi, termasuk status dan tingkatannya merupakan hal yang penting dalam dunia Islam karena dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadits maupun perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh mereka.
Menurut al-Hakim dalam Mustadrak, sahabat terbagi dalam beberapa tingkatan:
  1. Para sahabat nabi yang masuk Islam di Mekkah, sebelum melakukan hijrah, seperti Khulafa'ur Rasyidin
    1. Khadijah binti Khuwailid
    2. Ali bin Abi Thalib
    3. Zaid bin Haritsah
    4. Abu Bakar ash-Shiddiq
    5. Umar bin Khattab
    6. Utsman bin Affan
    7. Abbas bin Abdul Muthalib
    8. Hamzah bin Abdul Muthalib
    9. Ja'far bin Abi Thalib
  2. Para sahabat nabi yang mengikuti majelis Darunnadwah
  3. Para sahabat nabi yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah
  4. Para sahabat nabi yang ikut serta pada bai'at Aqabah pertama
  5. Para sahabat nabi yang ikut serta pada bai'at Aqabah kedua
  6. Para sahabat nabi yang berhijrah setelah sampainya Rasulullah ke Madinah
  7. Para sahabat nabi yang ikut serta pada perang Badar
  8. Para sahabat nabi yang berhijrah antara perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah
  9. Para sahabat nabi yang ikut serta pada bai'at Ridhwan
  10. Para sahabat nabi yang berhijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan fathu Makkah
    1. Khalid bin Walid
    2. Amru bin Ash
  11. Para sahabat nabi yang masuk Islam pada fathu Makkah,
    1. Abu Sufyan
    2. Mu'awiyah bin Abu Sufyan
    3. Ikrimah bin Abu Jahal
  12. Bayi-bayi dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah saw pada fathu Makkah
Semoga bermanfaat, tentu saja sahabat Nabi pasti tidak hanya diatas itu, tapi yang terekam dalam sejarah sampai saat ini diatas itu, setidaknya yang paling banyak dibahas.

Riwayat-riwayat Sejarah Yang Menyebut Kesalahan Sahabat Nabi

Riwayat-riwayat  sejarah yang menyebutkan kejelekan-kejelekan sahabat setelah diteliti ternyata ada 3 tingkatan:

Pertama, dusta murni yang tidak diriwayatkan, dan tidak pula diketahui kecuali dari riwayat Abu Mihnaf Luth bin Yahya al-Kadzdzab atau Saif bin Umar at-Tamimiy pemilik kitab Ar-Riddatu wal Futuh yang tidak memiliki nilai apapun di sisi ahli hadits, atau juga riwayat al-Waqidiy al-Matruk atau selain mereka dari orang-orang yang tidak bisa diterima periwayatan mereka. Mereka adalah pilar permusuhan terhadap para sahabat Radhiallahu ‘Anhum dalam menyampaikan hal-hal yang menghinakan, cercaan-cercaan, serta cacian-cacian yang didustakan.

Kedua, apa yang telah shahih sanadnya, dan memiliki kemungkinan makna/pengertian yang baik, maka wajib dibawa kepada pengertian yang baik tersebut sebagai bentuk husnudzan kepada mereka. Karena mereka adalah manusia yang paling berhak dengan perlakuan ini. Barang siapa jiwanya menolak untuk memahami ucapan dan perbuatan para sahabat dan para ulama kepada makna dan maksud yang baik, membawa ucapan-ucapan para imam kepada makna yang buruk maka sungguh telah besar kebodohan dan kezhalimannya,  sebagaimana orang-orang yang berpenyakit hati.

Ketiga, riwayat yang bersumber dari ijtihad, syubhat dan takwil murni. Seperti fitnah yang terjadi diantara mereka, dan kejadian-kejadian lain baik berupa perkataan atau perbuatan. Maka perkara-perkara ini muncul dari ijtihad dan takwil. Bagi orang yang benar didalamnya akan mendapatkan dua pahala, dan bagi yang salah mendapatkan satu pahala. Dan kesalahan tersebut diampuni. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari (7352), Muslim (1716) dari jalan Yazid bin ‘Abdillah dari Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits dari Bisr bin Sa’id dari Abu Qais maula ‘Amr bin al-’Ash dari ‘Arm bin al-’Ash bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
« إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ »
“Jika seorang hakim menghukumi (sesuatu), kemudian dia berijtihad, lalu benar, maka bagi dia dua pahala, dan jika dia menghukumi kemudian berijtihad lalu salah, maka bagi dia satu pahala.”

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fizikal Nabi

Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
 
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
 
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.

Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

Luaran Nabi
 
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
 
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.

Baginda tidak pemah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.

Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
 
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

Kisah Sahabat Nabi: Abu Ayub Al-Anshari, Pahlawan Perang Konstantinopel

Ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani Malik bin Najjar. Maka beliau pun turun dari atasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan.

Salah seorang Muslim tampil dengan wajah berseri-seri karena kegembiraan yang membuncah. Ia maju lalu membawa barang muatan dan memasukkannya, kemudian mempersilakan Rasulullah masuk ke dalam ruma. Nabi SAW pun mengikuti sang pemilik rumah.

Siapakah orang beruntung yang dipilih sebagai tempat persinggahan Rasulullah dalam hijrahnya ke Madinah ini, di saat semua penduduk mengharapkan Nabi mampir dan singgah di rumah-rumah mereka? Dialah Abu Ayub Al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.

Pertemuan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya, sewaktu utusan Madinah pergi ke Makkah untuk berbaiat dalam baiat Aqabah Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70 orang Mukmin yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela.

Dan kini, ketika Rasulullah bermukim di Madinah dan menjadikan kota itu sebagai pusat agama Allah, maka nasib mujur yang sebesar-besarnya telah terlimpahkan kepada Abu Ayub, karena rumahnya dijadikan tempat pertama yang didiami Rasulullah. Beliau akan tinggal di rumah itu hingga selesainya pembangunan masjid dan bilik beliau di sampingnya.

Sejak orang-orang Quraisy bermaksud jahat terhadap Islam dan berencana menyerang Madinah, sejak itu pula Abu Ayub mengalihkan aktifitasnya dengan berjihad di jalan Allah. Ia turut bertempur dalam Perang Badar, Uhud dan Khandaq. Pendek kata, hampir di tiap medan tempur, ia tampil sebagai pahlawan yang siap mengorbankan nyawa dan harta bendanya.

Semboyan yang selalu diulang-ulangnya, baik malam ataupun siang, dengan suara keras atau perlahan adalah firman Allah SWT, "Berjuanglah kalian, baik di waktu lapang, maupun waktu sempit..." (QS At-Taubah: 41).

Sewaktu terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, Abu Ayub berdiri di pihak Ali tanpa sedikit pun keraguan. Dan kala Khalifah Ali bin Abi Thalib syahid, dan khilafah berpindah kepada Muawiyah, Abu Ayub menyendiri dalam kezuhudan. Tak ada yang diharapkannya dari dunia selain tersedianya suatu tempat yang lowong untuk berjuang dalam barisan kaum Muslimin.

Demikianlah, ketika diketahuinya balatentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel, ia segera memegang kuda dan membawa pedangnya, memburu syahid yang sejak lama ia dambakan.

Dalam pertempuran inilah ia menderita luka berat. Ketika komandannya datang menjenguk, nafasnya tengah berlomba dengan keinginannya menghadap Ilahi. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, Yazid bin Muawiyah, "Apakah keinginan anda wahai Abu Ayub?"

Abu Ayub meminta kepada Yazid, bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian hendaklah Yazid berangkat dengan balatentaranya sepanjang jalan itu, sehingga terdengar olehnya bunyi telapak kuda Muslimin di atas kuburnya, dan diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan.

Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu telah dilaksanakan oleh Yazid. Di jantung kota Konstantinopel yang sekarang yang sekarang bernama Istanbul, di sanalah terdapat pekuburan laki-laki besar.

Hingga sebelum tempat itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata, "Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan."

Jasad Abu Ayub Al-Anshari masih terkubur di sana, namun ringkikan kuda dan gemerincing pedang tak terdengar lagi. Waktu telah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat tujuan. Abu Ayub telah menghadap Ilahi di tempat yang ia dambakan.

Riwayat Cinta Rasulullah SAW, Sahabat Nabi dan Ulama'

Pada Aisyah, Ia Dapati Rehat Penuh Cinta

Orang yang lebih tampan dari dirimu, belum pernah mata ini melihatnya
Orang yang lebih sempurna darimu, belum pernah dilahirkan wanita
Engkau diciptakan bersih dari semua cacat dan noda
Seolah kau dicipta, sepert
i yang kau suka
(Aisyah radiyallahu 'anha)

Inilah syair yang digubah Aisyah untuk suami tercinta, Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam. Aisyah, selalu menghadirkan keceriaan di tengah tugas-tugas berat Rasulullah memikul amanah risalah akhir zaman.

"Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam biasa meletakkan kepala di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Quran." (Riwayat Abdurrazaq)

"Dari Aisyah, sesungguhnya suatu kali Rasulullah memegang erat tangannya sambil berkata, "Seandainya kaummu mahu mengerti...Dahulu Kaabah roboh oleh banjir. Kalau saja bukan kerana mereka baru saja lepas dari kemusyrikan, nescaya aku bangun Kaabah di atas dasar-dasar yabg dibangun Ibrahim dan Ismail. Kupasangkan batu itu (hijr Ismail) padanya kerana memang bahagian darinya. Aku telah meletakkan di tempat tersebut dua pintu yang aku letakkan dekat tanah. Tetapi kaumu mengangkat pintunya agar tak ada yang bisa masuk kecuali yang mereka kehendaki... (Riwayat Ibnu Asakir)

Pada Nailah, Kita Belajar Ketulusan

Tamadhar, isteri mulia, Abdurrahman ibn 'Auf berkata kepada Usman ibn Affan Radiyallahu 'anhu, "Bersediakah engkau menikah dengan puteri pamanku, seorang gadis yang cantik, tubuhnya padat, pipinya lembut dan fikirannya cerdik?"

"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"

"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"

Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"

Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."

"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"

Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."

Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.

Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."

Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.

Jangan difikir hanya lelakinya yang selalu lebih tua. Zaid ibn Haritsah, semula adalah putera angkat Rasulullah, menikah dengan Ummu Aiman yang merupakan pengasuh Rasulullah saat beliau bayi. Nah? Apa motivasinya hingga Zaid begitu bangga menikahi Ummu Aiman? Tentu kalimat Rasulullah yang berbunyi, "Barangsiapa ingin menikahi wanita ahli syurga, maka nikahilah Ummu Aiman!"

Jus Mangga Tilmisani: Kenangan, Kesetiaan

Pada suatu Ramadhan, Ustaz Umar At-Tilmisani diundang untuk menghadiri pertemuan di Iskandariah. Para pengundang menyiapkan hidangan berbuka puasa untuk beliau, Di antara hidangan tersebut terdapat jus mangga. Salah seorang ikhwan menyuguhkan segelas jus mangga kepada beliau. Beliau meminta maaf sambil mengatakan bahawa beliau tidak dapat menerima dan meminumnya.

Sebahagian hadirin memperhatikan adanya perubahan pada air muka beliau. Mereka pun bertanya, "Apakah ustaz alergi pada jus mangga. Ataukaj jus mangga bisa menganggu kesihatan ustaz?"

"Tidak..". jawab beliau.

Setelah berbuka, hadirin begitu penasaran mengapa beliau tidak mahu memnum jus mangganya. Mereka terus mendesak beliau untuk menjelaskannya.

"Apabila saya terlambat pulang kerja", kata beliau, "Al-Marhumah isteri saya selalu menunggu dengan sabar sembari menyiapkan dua gelas jus mangga. Kemudian kami berdua meminumnya bersama-sama. Sekarang, isteri saya sudah wafat. Saya tetap merasa berat untuk meminum jus mangga sendirian. Sya tak bisa meminumnya tanpa dia."

"Saya", lanjut beliau, "Selalu memohon kepada Allah agar Ia mempertemukan kami berdua di syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga.."

Subhanallah!

Jumat, 21 Oktober 2011

Kata-kata Bijak


Ibnu Abbas berkata bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW berkata pada iblis : Berapa macam orang yang kamu cintai dari umatku? Iblis menjawab : Ada 10 macam :

  1. Pemimpin yang semena-mena
  2. Orang yang congkak
  3. Orang kaya yang tak peduli dari mana hartanya diperoleh dan kemana pula digunakannya
  4. Orang alim yang senang kepada penguasa yang tindakannya semena-mena
  5. Para pedagang yang curang 
  6. Penimbun harta
  7. Orang yang berzina
  8. Orang yang memakan harta yang haram
  9. Pemabuk
  10. Orang yang suka minum khamar

Kemudian rasulullah bertanya lagi kepada Iblis : Siapa siapa saja musuhmu dari umatku? Iblis menjawab : Ada 20 golongan :

  1. Engkau sendiri Muhammad yang palaing aku benci
  2. Orang alim yang menamalkan ilmunya
  3. Pembaca Al-quran yang mengamalkan isinya
  4. Muadzzin shalat lima waktu
  5. Orang yang senang menolong orang fakir, orang miskin dan anak yatim
  6. Orang yang suka menyayangi orang lain
  7. Orang yang mengikuti yang haq
  8. Orang yang suka ibadah
  9. Orang yang memakan yang halal
  10. Orang yang saling mencintai karena Allah
  11. Orang yang rajn salat berjamaah
  12. Orang yang bangun tiap malam shalat tahajjud
  13. Orang yang menghindar diri dari perbuatan haram
  14. para dai yang ikhlas karena Allah
  15. Orang yang masih ada air wudhu
  16. Orang yang dermawan
  17. Orang yang akhlaknya bagus
  18. Orang yang ikhlas menerima segala anugrah Allah
  19. Orang yang suka menolong janda miskin
  20. Orang yang siap menghadapi kematian


Rasulullah bersabda : Ada 10 golongan dari umatku tidak akan masuk surga, kecuali mereka bertaubat. Mereka itu adalah :Qola, Jayus, Qottat, Dabub, Dayus, Shahibul Artabah, Shahibul Khubah, Utthul, Zaniem, dan Al-aq liwalidaihi. Lalu sahahabat beratanya apa arti yang 10 tersebut itu. Rasulullah saw menjawab :

  1. Qala , yaitu orang yang penjilat keluar masuk rumah penguasa (pejabat pemerintah) 
  2. Jayus, yaitu orang yang mencari kain kafan dalam kuburan
  3. Qattat, yaitu orang yang suka mengadu domba
  4. Dabub yaitu orang yang suka mengolola perempuan-perempuan unuk pelacuran
  5. Dayus yaitu orang yang tidak cemburu terhadap istrinya.
  6. Shahibul Artabah, yaitu orang yang kerjanya memukul gendang
  7. Shahibul Khubah, yaitu orang yang suka memukul gendering
  8. Uthul, yaitu orang yang memaafkan kesalahan orang lain
  9. Zaniem, anak zina dan suka nongkrong di pinggir jalan dan mengunjing orang yang lewat
  10. Al-aq, semua kita tahu sudah memaklumi., yaitu oaring yan melawan kepada kedua ibu bapaknya

Rasulullah saw memperingatkan : Nanti akan datang suatu masa., akan berkembang lima perkara dan lupa lima perkara :

  1. Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat
  2. Mereka cinta kepada dunia dan lupa akan mati
  3. Mereka cinta rumah mewah dan lupa kuburan
  4. Mereka cinta harta dan lupa perkiraan amal
  5. Mereka cinta makhluk dan lupa terhadap khaliq

Tiap wadah pabila diisi akan menyempit kcuali wadah ilmu, bahkan ia akan bertambah luas.

Kata Mutiara Islami tentang Cinta

Kata cinta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat dalam. Namun dalam konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih.

Cinta adalah salah satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia. Ia menjadi tenaga penggerak hati dan jiwa yang akan menghasilkan sikap, perbuatan dan perilaku. Cinta bisa seperti yang terurai dalam sebait sajak dari film laris indonesia, Ketika Cinta Bertasbih:
Cinta adalah kekuatan yg mampu
mengubah duri jadi mawar
mengubah cuka jadi anggur
mengubah sedih jadi riang
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibah.
Namun demikian, cinta pun bisa menghasilkan perubahan yang sebaliknya: mengubah mawar menjadi duri, dan seterusnya.

Hal yang demikian bisa terjadi karena cinta bersemayam di dalam hati yang bersifat labil. Seperti sabda Rasulullah saw. hati itu bersifat gampang terbolak-balik bagaikan bulu yang terombang-ambing oleh angin yang berputar-putar. Sebagaimana amal-amal dan perilaku kita yang senantiasa bersumber dari niat dan motivasi di dalam hati, maka cinta pun bisa mewujud dengan dasar niat yang beraneka rupa. Ada cinta yang tulus, penuh kerelaan. Namun ada pula cinta yang penuh duri dan racun. Ada cinta yang merupakan buah keimanan dan ketaqwaan. Namun ada pula cinta yang berlandaskan nafsu hina.

Bagi seorang muslim dan beriman, cnta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada Allah. Bentuk cinta dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang dan waktu dan kepada siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari kecintaan kita kepada Allah dan karena menggapai ridha-Nya.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)
Agar cinta tidak menjerumuskan kita ke dalam lubang kehinaan, ada baiknya kita mengambil hikmah dari sumber-sumber islam dan perkataan para ulama berikut ini.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.
Hamka
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
Hamka
Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut) Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya.
Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar (cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.
Salman al Farisi (Az Zuhd, Imam Ahmad)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya.
Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
Ali bin Abi Thalib
Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.
A’idh Al-Qorni
Demikianlah beberapa kutipan dari sedikit tokoh-tokoh islam yang semoga bisa kita ambil hikmahnya. Semoga Allah memudahkan saya untuk menambah koleksi ini dan memberikan manfaat kepada pembacanya.

Lima Kata Bijak Rasulullah SAW

Berikut lima kata bijak Rasulullah SAW yang pernah diucapkan beliau.

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. --- Nabi Muhammad Saw

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. --- Nabi Muhammad SAW

Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. --- Nabi Muhammad Saw

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. --- Nabi Muhammad SAW

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. --- Nabi Muhammad SAW

Kata-kata dari Sufi Bayazid Al Busthomi

Sufi Bayazid Al Busthomi bercerita tentang dirinya seperti berikut:

"Waktu masih muda aku ini revolusioner, dan aku selalu berdo'a, "Tuhan berilah aku kekuatan untuk mengubah dunia!"

"Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupku sudah lewat tanpa mengubah satu orangpun, aku mengubah do'aku menjadi, "Tuhan berilah aku rakhmat untuk mengubah semua orang yang berhubungan denganku; keluarga dan kawan-kawanku dan aku akan merasa puas."

"Sekarang ketika aku sudah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat, aku mulai melihat betapa bodohnya aku. Do'aku satu-satunya adalah, "Tuhan berilah aku rakhmat untuk mengubah diriku sendiri."

"Seandainya sejak dulu aku berdo'a begitu, maka aku tidak begitu menyia-nyiakan hidupku!"
Setiap orang berpikir untuk mengubah umat manusia. Hampir tak seorangpun berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.

Kumpulan Kata-Kata Mutiara Islam dan Sufi

Engkau mesti berhati-hati dengan jebakan setan. Setan suka mendorong dirimu untuk berniat melakukan amal saleh. Namun, dia berusaha menghalangimu untuk melaksanakannya secara nyata. Setan mengetahu bahwa jika orang Mukmin melakukan amal saleh, dia mendapat pahala berlipat. Sebab niat melakukan amal salehnya dihitung sebagai satu kebaikan. Karena itu setan tidak rela melihat orang Mukmin mendapat dua pahala sekaligus. Engkau jagan terjebak dalam pelamunan. Pelamunan hanyalah angan-angan melakukan kebaikan tanpa dibarengi dengan tekat untuk melaksanakannya. Niat yang dihitung sebagai kebaikan adalah niat yang dilaksanakn secara nyata dan niat yang terhalang suatu uzur ketika engkau hendak melaksanaknnaya ( Tsabit Al-Bannani )

Perbanyaklah niat melakukan kebaikan. Sebab niat melakukan kebaikan termasuk amalan yang baik bagi orang Mukmin. Berniat melakukan kebaikan adalah perbuatan yang tak tampak sehingga selamat dari riya. Namun inggatlah meskupun niat melakukan kebaikan tidak kelihatan oleh mata , ia dapat terserang penyakit ujud. Hati-hatilah dengan setan. Setan selalu mengincar setiap saat. Dia tidak pernah lengah dan tidak mengantuk. Lain halnya dengan dirimu. Kamu mudah lalai dan banyak kantuk. Hanya orang yang mendapat karunia Allah yang selamat dari godaan setan. Perbanyaklah olehmu memohon perlindungan kepada Allah darinya ( Al-Thai )

Pada zaman sekarang, sangat sedikit orang yang berbuat kebaikan dengan landasan sunnah. Pada umumnya orang beramal atas dasar hawa nafsu. Mereka lebih suka beramal untuk mendapat  pujian. Baik dari Allah maupun dari manusia. Ketika meninggalkan dosa, mereka takut ejekan manusia, bukan takut kepada Allah atau patuh menjalnkan aturanNya. Karena itu. Kita pantas mengistimewakan orang yang beramal dengan landasan sunnah. Mereka mempunyai sifat yang unik, yaitu tidak marah ketika keburukannya diceritakan kepada orang lain ( Mu’adz bin Jabal )

Nafsu adalah musuh yang paling sulit ditaklukkan. Ia hampir selalu menang dalam pertarungan. Jika tidak dikurung dengan iman, dia akan menjadi liar dan beringas. Hanya nafsu yang mendapat kasih sayang Allah yang dapat dikendalikan. Karena itu waspadalah engkau terhadap nafsu. Sungguh-sungguhlah dalam menghadapinya. Kobarkanlah  semangtmu agar tidak pernah kendur. Sesungguhnnya nafsu selalu punya cara untuk berkilah agar dapat berkehendak bebas. Tidak ada musuh yang peling sengit menyerangmu selain dari nafsumu sendiri. Ia tidak pernah menyerah dan tidak pernah mau tunduk. Kalaupun terlihat tunduk, ia hanya pura-pura manut. Ia terus-menerus mecari celah kelengahanmu. Berbagai kesempatan selalu digunakan oleh nafsumu untuk menjatuhkanmu ( Al-Hakim Al-Turmudzi )
Ketika engkau sedang papa, nafsumu selalau menjanjikan kezuhudan. Namun ketika engkau banyak harta, ia mendorongmu pada kerakusan. Ketika engkau belum berjaya, nafsumu selalu menjanjikan kesyukuran. Namun kertika engkau berkuasa, ia mendorongmu pada kekufuran. Ketika engkau tidak punya jabatan, nafsumu menjanjikan kewarakan. Namun ketika engkau punya kedudukan, ia mendorongmu pada kegegabahan. Nafsu selalu menjanjikan kesalehan kepadmu ketika dirimu tak punya apa-apa. Sedangkan, ketika engkau banyak harta, ia selalu mendorongmu pada kemaksiatan. ( Al-Muhasibi )
Manusia ibarat budak yang diperintah oleh tuannya. Sungguh kurang ajar budak yang menunda perintah tuannya. Jika ia diketahui oleh tuannya ketika sedang berleha-leha ketika diperintah. Sang tuan pati akan menegur dan menyiksanya. Bagaimana dengan Tuhanmu yang setiap saat memperhatikanmu ?. Pantaskah kita berleha-leha atas perintahnya.? Janganlah engkau terjebak dengan Kemahabaikan Allah. Kebaikan Allah atas hambanya bukan alasan untuk berleha-leha atas perintahnya. Seharusnya kita malu ketika Allah banyak memberi kebakan sementara kita tidak segera melaksanakan perintahnya. Semakin baik seorang tuan kepada hambanya seharusnya semakin baik pula sang hamba kepada tuannya. ( Abu Al-Alqamah )

Lahir dan batinmu harus sejalan. Jika tidak sejalan engkau akan terus tertekan. Engkau akan kepayahan untuk menutupi kekurangan dirimu. Hiduplah engkau secara apa adanya. Jujurlah engkau kepada dirimu, engkau akan bebas dan ringan melangkah. Engkau tidak akan dihinggapi rasa waswas dan khawatir terhadap kekurangan dirimu. Ketahuilah, engkau tidak akan meraih kehormatan dengan kedustaan. Kehormatan dapat diraih dengan kejujuran. Serasikan penampilan lahirmu dengan penamplan batinmu ( Ibn Al-Mubarak )

Janganlah keinginanmu melebihi kehendak Allah. Dia sudah tahu ukuran kebutuhanmu. Dia tidak akan memberi rezeki yang kurang dari kadar kebutuhanmu. Dia tidak akan memberi rezeki melebihi ukuran kebutuhanmu. Jika engkau meminta kepadanya. Mintalah ketentuan yang telah ditentukan oleh Nya untukmu. Sebab engkau tidak akan lepas dari ketentuan-Nya. Jika seluruh makhluk membantumu untuk meraih suatu tujuan yang tidak dikehendaki-Nya., niscaya tindakan mereka semua hanyalah sia-sia. Sebelum engkau lahir kadar kebutuhan dirimu telah digariskan. Apa yang engkau terima tidak akan lebih dari apa yang ditentukan oleh-Nya. ( Ibn ‘Ubaidillah )

Sesungguhnya makna sabar itu adalah jika engkau telah berupaya dengan keras, lalu apa yang engkau upayakan itu tidak berhasil, dan engkau merasa kesal tetapi engkau tetap tabah , itulah sabar yang hakiki. Ketahuilah olehmu bahwa, kesabaran memberi kenikmatan dalam beramal. Jika seseorang hamba tidak memilki kesabaran, ia tidak akan mampu mencapai derajat orang bertaqwa. Sebab salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah sabar atas penderitaan yang menimpa dirinya. ( Abdullah bin Al-Mubarak )

Musibah yang menimpamu tidak akan hilang dengan keluhan. Musibah hanya dapat diatasi dengan kesabaran dan keridhaan. Janganlah engkau menjadikan musibah sebagi penambah dosa, yaitu engkau tidak bersabar dan tidak merelakan musibah yang menimpa dirimu. Jika engkau banyak mengeluh, musibah yang menimpa dirimu malah menambah dosamu, bukan menjadi kifarat atas dosamu. Sungguh rugi orang yang mengeluh atas ujian Allah. Musibah yang menimpa hanya menambah beban dosa ( Ali Al-Khaswash )