Kamis, 20 September 2012

NIC Ramalkan Islam Berjaya Tahun 2020


Yang namanya ramalan, bisa benar bisa juga salah. Namun bagaimana jika ramalan itu dihasilkan dari pengamatan perkembangan fakta yang begitu mendetail dan argumentatif serta dilakukan oleh institusi yang mempunyai kredibilitas tinggi di bidangnya?

Tampaknya hasil ramalannya perlu diperhitungkan dan dijadikan sebagai salah satu bahan kajian ilmiah. Itulah yang dilakukan oleh National Intelelligence Council’s (NIC) yang merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Walaupun dikeluarkan sekitar empat tahun yang lalu (Desember 2004) bisa jadi masih banyak umat Islam yang belum familiar dengan laporan ini.

Padahal salah satu point penting di dalamnya berisi tentang gambaran nasib umat Islam di tahun 2020. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario besar dunia ditahun 2020, yaitu; Davod World: digambarkan bahwa pada tahun 2020 Cina dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.

Pax America: pada tahun 2020 dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax Americana-nya. Cycle of Fear (munculnya lingkaran ketakutan). Di dalam skenario ini respon agresif pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan yang berlaku.

Akibatnya akan lahir dunia Orwellian ketika pada masa depan manusia menjadi budak bagi satu dari tiga negara otoriter. A New Chaliphate: berdirinya kembali khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya khilafah adalah pertanda kebangkitan dan kemenangan Islam akan segera terwujud.

Terlepas dari apa sebenarnya tendensi dikeluarkannyaa ramalan peta politik dunia global 2020, mari bersama kita menilik point ramalan terakhir yaitu akan berdiri kembali kekhilafahan Islam. Semua dunia tahu bahwa ketika khilafah tegak, maka akan ada kekuatan global dunia baru yang memiliki titik sentrum dari pusaran ideologi Islam.

Sebenarnya istilah khilafah (imamah) dalam politik dan sistem pemerintahan Islam bukanlah sesuatu hal yang baru. Hanya saja keterputusan kaum Muslimin dalam memahami sejarah yang menjadikan istilah ini asing terdengar.
Secara ringkas khilafah dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan umum atas seluruh kaum Muslimin untuk menerapkan hukum-humum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dari definisi ini terlihat begitu pentingnya peran institusi khilafah sebagai fasilitator yang akan menerapkan hukum-hukum Allah dan mendakwahkannya hingga ke pelosok terpencil dunia sekalipun.

Semakin Benderang

Kebangkitan Islam tak ubahnya seperti “raksasa perkasa” yang siap menghancurkan pilar-pilar peradaban barat yang telah nyata menyengsarakan dunia. Sayangnya raksasa itu saat ini sementara tertidur lelap. Untuk itu setiap usaha yang berusaha untuk membangunkan raksasa peradaban baru (baca: Islam) harus dibendung, bagiamnapun caranya.
Kaum imperialis barat tentunya telah belajar dari para pendahulunya yang sukses menemukan formula jitu nan ampuh yang dapat mencegah kebangkitan umat Islam. Formula ini yang diwariskan oleh Lord Carzen, menteri luar negeri Inggris pada tahun1924. Pada saat itu Ia dengan lantang mengatakan, umat Islam tidak akan pernah bangkit lagi. Karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya yaitu Islam dan Khilafah.

Namun ketika usaha untuk mematikan cahaya agama Allah terus dilakukan, justru Allah Yang Maha Kuasa berbuat sebaliknya. Cahaya agama Allah semakin lama semakin benderang. Riak-riak kebangkitan Islam mulai muncul. Kaum Muslimin sudah jenuh dengan pola kehidupan di bawah kungkungan sistem kapitalisme dan ingin segera berhijrah menuju sistem Islam.

Umat Islam pun semakin sadar akan pentingnya mewujudkan institusi politik (khilafah) yang akan menjaga kehormatan seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Kebencian terhadap peradaban barat sejalan dengan kesadaran umat untuk menerapkan syariat Islam.

Hasil survey oleh Pew Research Centre (lembaga riset Independen terkemuka di Washington) menunjukkan bahwa 66 persen responden Indonesia membenci Amerika Serikat. Angka ini sejalan dengan 53 persen responden Indonesia yang menginginkan dilaksanakannya kewajiban menjalankan syariat Islam.

Fakta ini semakin mengusik dan merisaukan negara imperialis barat yang saat ini masih berdiri dan berusaha keras untuk tetap memimpin dunia.

Kerisauan ini secara terang-terangan dikumandangkan Bush dalam pidatonya pada konvensi tentara Amerika ke-89 pada bulan Agustus 2007. Ia menyatakan bahwa ada kelompok ekstrimis yang berkeinginan untuk menjejalkan visi gelap yang sama sepanjang Timur Tengah dengan menegakkan kekhilafahan radikal dan penuh kekerasan yang wilayahnya membentang dari Spanyol ke Indonesia.

Artinya seorang Bush pun yakin bahwa kebangkitan Islam global akan segera kembali ditandai dengan tegaknya khilafah yang dianggapnya sebagai institusi radikal.

Ketakutan Presiden AS, Bush dan negara imperialis lainnya sangatlah beralasan. Mereka sadar dengan sepenuh hati bahwa ketika umat Islam diseluruh penjuru dunia bangkit, itu berarti mereka harus segera menggulung tikar dari kancah peradaban dunia dan menuai kebangkrutan akibat hancurnya peradaban kapitalis yang telah mereka bangun dan menjadikannya alat untuk mengeksploitasi negeri kaum Muslimin.

Akhirnya dengan sangat terpaksa mereka harus menyerahkan kendali kepemimpinan dunia kepada umat Islam. Seperti apa yang terjadi pada masa-masa kejayaan Islam 14 abad silam.

Maka jangan kaget jika negara imperialis barat selalu menggelontorkan kampaye-kampaye negatif terhadap penerapan syariat Islam secara kaffah. Syariat Islam pun tak jarang dicitrakan sebagai aturan yang kejam dan menindas.

Nahkoda Peradaban

Pergerakan Islam yang menuntut tegaknya syariat dan khilafah dianggap berafiliasi dengan organisasi teroris dunia. Pada saat yang bersamaan organisasi Islam yang cenderung moderat dan rela mengakomodasi bahkan mendakwahkan nilai-nilai barat difasilitasi keberlangsungan hidupnya dengan kucuran dana-dana segar.

Jika betul prediksi NIC terwujud di tahun 2020, maka umat Islam dalam satu kepemimpinan global akan menjadi negara super power yang memegang kendali atas 60 persen deposit minyak seluruh dunia, Boron (49 persen), fosfat (50 persen), strontium (27 persen), timah (22 persen) dan sekaligus menguasai potensi uranium terbesar dunia. Bahkan bukan tidak mungkin kaum Muslimin kembali menjadi nakoda peradaban dunia seperti dulu kala ketika khilafah Islam masih berdiri.

Pada saat itu umat Islam betul-betul tampil sebagai umat impian yang mampu menjadi garda terdepan memberikan jawaban terhadap setiap problematika umat yang muncul dengan solusi yang cemerlang sekaligus mampu menyatukan dunia dan menggiringnya pada gerbang kesejahteraan.

Semua ini dapat terwujud karena pada saat itu umat Islam mampu mengelaborasi konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan ekonomi, pemerintahan, politik, pendidikan kemudian mengejawantahkannya dalam konstitusi negara.

Kedahsyatan konsep Islam ini tak akan ada artinya jika tidak difasilitasi penerapannya oleh sebuah institusi negara. Dan institusi negara inilah yang diramalkan oleh NIC untuk tegak kembali di tahun 2020.

Ternyata bukan hanya NIC yang meramalkan kebangkitan Islam akan tegak kembali di bawah kawalan institusi khilafah. Namun hal yang serupa pernah diramalkan oleh Rasulullah saw 1400 silam.

Melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya yang shahih, Rasulullah telah menyatakan bahwa, akan kembali masa kekhilafahan sesuai yang dicontohkan oleh Rasul (khilafah ala min hajin nubuwah).

Jika NIC saja yakin Islam akan kembali jaya dan menguasai kepemimpinan dunia global dengan khilafah, lalu apa lagi yang membuat kita ragu untuk kembali kepada syariat dan berjuang bersama mewujudkan khilafah sesuai manhaj kenabian? Cukuplah janji Rasulullah yang menjadi penyemangat perjuangan menuju penerapan syariat Islam.


Oleh: Adi Wijaya
(Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Daerah Makassar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar