Kamis, 20 September 2012

DINAR dan DIRHAM


Kekhalifahan Islam di era keemasan adalah salah satu kekuatan perekonomian dunia. Tak heran jika pada masa itu mereka sudah memiliki mata uang sendiri bernama DIRHAM (koin perak) dan DINAR (koin emas).Dengan menggunakan kedua mata uang itu perekonomian Islam tumbuh pesat.

Para peneliti sejarah Dirham menemukan fakta bahwa perak sebagai alat tukar telah digunakan pada masa Nabi Yusuf AS. Hal ini terungkap dalam Al Qur'an Surat Yusuf ayat 20. Dalam surat itu tercantum darahima ma'dudatin (beberapa keping perak)
"Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang sangat murah, yakni beberapa dirham saja dan mereka tidak tertarik hatinya pada Yusuf "
Tiga peneliti jejak dirham yaitu MSM Syaifullah, Abdullah David dan Muhammad Ghoniem dalam tulisannya yang berjudul Dirham in the time of Joseph menuturkan bahwa peradaban Mesir Kuno telah menggunakan perak sebagai alat tukar. Sejarah mencatat masyarakat Muslim mengadopsi penggunaan Dinar dan dirham dari peradaban Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Sasan bernama Yezdigrid III. Bangsa Persia menyebut mata uang koin perak itu drachm . Umat Islam mulai memiliki dinar dan dirham sebagai alat transaksi pada era kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab RA. Khalifah Umar Bin Khattab memutuskan untuk menggantikan drachm dengan dirham.

Pertama kali umat Islam menggunakan dirham pada tahun 642 M atau satu dasawarsa setelah Rasulullah SAW wafat. Meski begitu Rasulullah telah memprediksikan bahwa manusia akan tergila-gila dengan uang. Dalam salah satu hadits. Abu Bakar Ibnu Abi Maryam,meriwayatkan
Bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda."Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham." (Masnad Imam Ahmad Bin Hambal)

Koin Dirham pertama kali dicetak Umat Islam pada 651 M pada era kepemimpinan Ustman Bin Affan. Dirham pertama itu mencantumkan tulisan bismillah. Seperti drachm, dinar bentuknya ceper tipis. Diameternya mencapai 29 mm, beratnya 2,9 - 3,0 gram. Kalau drachm 4 gram. Sejak itulah tulisan bismillah menjadi ciri khas koin yang dicetak oleh peradaban Islam. Selain itu mencantumkan pula nama penguasa atau amir atau khalifah. Fakta sejarah menunjukkan bahwa kebanyakan keping dinar dan dirham yang dicetak pada masa Khulafaur rasyidin mencantumkan tahun Hijriyah sebagai penanda waktu cetakan.

Pemerintah muslim dibawah kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab pun telah menetapkan standar koin dinar dan dirham. Berat 7 dinar setara dengan 10 dirham. Standar dinar emas yakni memakai emas dengan kadar 22 karat dengan berat 4,25 gram. Sedangkan dirham perak harus memakai perak murni berat 3,0 gram. Keputusan ini telah menjadi ijma ulama pada awal Islam dan pada masa sahabat dan tabi'in.. Sehingga menurut syariah Islam 10 dirham setara dengan 7 dinar emas. Hasil Ijma ini menjadi pegangan hingga nilai perbandingan dinar dan dirham bisa tetap sesuai.

Namun pada tahun 64 H/684 M untuk pertama kali nilai dirham berkurang akibat keputusan Ubaid Alih Bin Ziyad untuk mencampurkan logam lain pada dirham. 10 Tahun kemudian di era Khalifah Abdalmalik mulai dicetak koin emas berbobot 4,4 gram dengan mencantumkan tulisan "Dinar"
Tiga tahun kemudian kekhalifahan Islam di masa Abdal malik kembali mencetak dinar bobot 4,25 gram, mengikuti standar Khalifah Umar Bin Khattab RA.

Pada tahun 75 H/695 M, Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al Hajjaj untuk mencetak dirham dan menggunakan standar di era Umar bin Khattab. Koin perak bertuliskan dirham itu berbobot 2, 975 gram diameter 25-28 mm. Setiap koin yang dicetak saat itu bertuliskan kalimat tauhid yaitu Allahu ahad Allahus samad.
Dihentikan juga penggunaan gambar wujud manusia dan hewan dari mata uang peradaban Islam itu. Sebagai gantinya digunakan huruf-huruf.

Dinar dan dirham lazimnya berbentuk bundar. Tata letak tulisan melingkar. Pada satu sisi tertulis kalimat tahlil dan tahmid (La ilaha ilallah dan alhamdulillah. Sisi koin lainnya tertera nama penguasa /amir dan tanggal cetakan. Selain itu terdapat kelaziman untuk menuliskan ayat-ayat Al Qur'an dan shalawat nabi.
Mata uang dinar dan dirham pun resmi menjadi mata uang dinasti atau kerajaan Islam yang tersebar diberbagai penjuru.

Namun sayangnya penggunaan Dinar dan dirham perlahan mulai hilang setelah jatuhnya masa jaya kekhalifahan Islam. Ketika dunia dilanda kolonialisme barat, mulailah penggunaan uang kertas. Sejarah telah membuktikan bahwa dinar dan dirham merupakan mata uang yang paling stabil di dunia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok.
NIlai inflasi mata uang ini selama 14 abad adalah nol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar