Pengertian Quantum
Dalam ilmu fisika quantum, dinyatakan bahwa benda padat jika dibelah
menjadi bagaian-bagian yang sangat kecil ternyata merupakan kumpulan
molekul. Selanjutnya jika molekul dibelah lagi menjadi bagian yang
terkecil maka akan terbukti bahwa molekul itu tersesusun atas atom-atom
dan partikel-partikelnya. Dan ternyata partikel sub atomik yang super
kecil itu berasal dari energi alam yang disebut sebagai vibrasi quanta. Benda padat, molekul, atom, dan partikel sub atomik berada pada level yang ”dapat dilihat”, sementara quanta yang terdapat dia alam energi adalah ”vibrasi quantum yang tidak dapat dilihat”. Getaran-getaran
energi terhalus dari vibrasi quantum yang tak tampak ini ternyata
merupakan bahan dasar penyusun dari semua benda yang tampak wujudnya.
Quanta
yang merupakan energi vibrasi adalah bahan baku alam semesta. Mulai
dari mikroorganisme, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bumi, planet,
bintang-bintang, dan seluruh isi alam semesta ini sebetulnya hanyalah
merupakan susunan energi quanta. Hal yang sangat menarik dari fisika
quantum ini adalah bahwa pada level yang semakin dalam dan halus
ukurannya, maka energi yang dikandungnya semakin besar. Energi nuklir
yang bersumber dari partikel sub atom (dengan ukuran terkecil), ternyata
mempunyai kekuatan berjuta-juta kali dibandingkan dengan energi kimia
yang bersumber dari molekul (dengan ukuran lebih besar dari sub atom),
sedangkan energi quantum jauh lebih dahsyat kekuatannya dibandingkan
energi nuklir sekalipun. Namun kekuatan quantum yang dahsyat ini
merupakan kekuatan alam yang belum banyak dimanfaatkan oleh kebanyakan
orang.
Jika diurutkan berdasarkan ukuran (dari ukuran yang besar ke ukuran
yang makin kecil), maka dimulai dari suatu benda, lalu molekul, lalu
atom, lalu partikel sub atomik, lalu quanta dan terakhir energi vibrasi.
Benda, molekul, atom, dan partikel sub atomik berturut-turut merupakan
getaran vibrasi dari yang paling lambat hingga semakin tinggi,
sedangkan quanta dan energi vibrasi merupakan getaran dengan frekuaensi
yang paling tinggi.
Jika alam kehidupan manusia disepadankan dengan alam kenyataan materi
(benda), maka tubuh kita mempunyai getaran yang paling lambat,
sementara perasaan memiliki energi vibrasi yang paling tinggi di alam
semesta Dalam diri manusia, alam perasaan dan alam pikiran berada pada
level yang setara dengan alam quanta dan energi vibrasi. Level energi
vibrasi ini adalah level yang memiliki energi yang paling dahsyat. Perasaan
adalah aset utama manusia, karena perasaan merupakan bagian terbesar
dari alam pikiran (12 % adalah alam pikiran sadar dan 88% adalah alam
pikiran bawah sadar atau perasaan). Sedangkan alam perasaan berada pada
level energi quanta dengan kekuatan energi yang dahsyat.
Energi merupakan satu konsep penting yang digunakan dalam deskripsi
fenomena alam. Suatu benda memiliki energi ketika benda tersebut
memiliki kapasitas untuk melakukan kerja. Energi dapat berfungsi dalam
berbagai bentuk. Energi dapat berupa gerak, energi panas, energi
gravitasi, energi listrik, energi kima dan lain-lain. Apapun bentuknya,
energi selalu dapat digunakan untuk melakukan kerja, dan energi total
yang terlibat dalam suatu proses selalu kekal. Kekekalan energi
merupakan salah satu hukum fisika yang paling mendasar. Teori
relativitas yang dikemukakan oleh Albert Einstain menyatakan bahwa massa
benda tak lain sebagai bentuk energi. Energi tidak hanya menempati
berbagai bentuk yang telah dikenal dalam fisika klasik, namun bisa pula
terkurung dalam massa pada suatu obyek. Menurut Einstain, jumlah energi
yang terkurung dalam sebuah partikel sebesar massa partikel dikalikan
kuadrat kecepatan cahaya. E = m C2.
Hukum relativitas Einstain menunjukkan bahwa besarnya energi yang
tersimpan dalam suatu benda, bukan didominasi oleh massa benda tersebut,
tapi justru sangat didominasi oleh cahaya yang bersifat mendua sebagai
partikel (foton) dan sebagai gelombang. Jika alam makrokosmos itu
disepadankan dengan alam mikrokosmis dalam kehidupan manusia, maka
besarnya energi tubuh sangat didominasi oleh kualitas kejiwaan, atau
perasaan. Perasaan positip merupakan sumber energi terbesar dalam
aktivitas kehidupan kita, sedangkan perasaan negatip justru menghabiskan
energi yang ada.
Dalam
QS. AsySyam: 8-10 Allah berfirman ” Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya”. Apabila kualitas kejiwaan seseorang tergolong baik, maka
kebersihan jiwanya akan membimbing perasaannya untuk senantiasa dalam
kondisi ikhlas. Jika seseorang telah mencapai ikhlas, maka selanjutnya yang tercapai adalah kondisi khusyuk / fokus.
Fokus adalah kondisi di mana kita mengalami rasa rileks yang dalam dan
penuh konsentrasi ke dalam diri. Hasil penelitian tentang otak manusia
menyebutkan bahwa dalam kondisi khusyuk tersebut otak berfungsi
seimbang sehingga terjadi harmonisasi antara belahan otak kiri dan otak kanan. Pada kondisi ini tercapailah apa yang disebut kondisi super learning
Perasaan atau hati nurani merupakan sistem navigasi yang sangat
canggih yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta, selain panca indra dan
pikiran manusia. Ketika perasaan kita positip (ikhlas, khusyu’, fokus, syukur, sabar, tenang, tentram, damai dan bahagia) maka kita relatif dekat dengan kemudahan dan pintu berkah dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Zona ini diselimuti oleh energi quanta yang berkekuatan tinggi dan kita akan penuh tenaga, untuk belajar maupun bekerja.
Namun jika perasaan kita negatip (suka mengeluh, cemas, gelisah, mudah marah, takut, mementingkan hawa nafsu, dan tidak tentram) maka kita akan relatif jauh dari pintu berkah dan rahmat Allah Tuhan semesta alam. Zona ini diselimuti oleh energi rendah
karena tenaga kita justru terkuras habis untuk berkeluh kesah dan
menyokong perasaan negatip yang lain. Kita akan kehabisan tenaga.
Kegiatan belajar atau bekerja menjadi sesuatu yang berat dan menyiksa.
Lalu bagaimana kondisi yang diperlukan dalam proses pembelajaran?
kapan kita akan dapat mengakses energi quantum yang tersimpan dalam
diri kita? Jawabannya adalah, ketika kita memasuki kondisi khusyu’
(fokus) dan ikhlas, maka kedua sisi otak kita (otak kiri dan otak kanan) berada dalam kondisi kerja-sama yang luar biasa optimal.
Ketika otak kiri yang banyak berkaitan dengan alam pikiran dan otak
kanan yang banyak berkaitan dengan alam perasaan berada dalam
keharmonisan, saat itulah dapat diharapkan terjadinya optimalisasi SQ
dan EQ untuk meningkatkan fungsi IQ. Jika otak kiri dan otak kanan
bekerja sendiri-sendiri (semakin tinggi lateralisasi dan tensi atau
ketegangan diantara dua sisinya), maka hidup kita akan lebih didominasi
oleh perasaan terpisah, takut, cemas dan terkucil. Jadi dapat dikatakan
bahwa, jika kita dapat belajar dengan energi quantum yang tersimpan
dalam diri kita, maka proses belajar akan terasa menyenangkan, karena
kita ikhlas.
Belajar Dengan Keyakinan (Belief)
Salah satu penyebab kegagalan dalam proses belajar adalah tidak adanya keyakinan (belief).
Meskipun hanya merupakan salah satu penyebab, namun tidak adanya
belief sangat berpengaruh dalam kegagalan sebuah proses belajar. Tidak
adanya keyakinan dapat meruntuhkan motivasi belajar, sedangkan motivasi
merupakan kunci sukses dalam pembelajaran. Keyakinan tidak datang
begitu saja, melainkan harus sengaja dibangun, baik dari dalam diri
(pengaruh internal) maupun dari lingkungan (pengaruh eksternal). Sebuah
keyakinan dibangun dari konsep diri yang positip. Mari sejenak kita
bayangkan masa kanak-kanak. Ketika masih kanak-kanak, atau duduk di
Sekolah Dasar, adakalanya seorang anak mengalami kegagalan. Lalu bapak
atau ibu guru di sekolahnya mengatakan bahwa dirinya adalah ”anak
bodoh”. Sesampainya di rumah, ketika ibunda melihat hasil ulangannya
yang kurang memuaskan, langsung berkomentar ”makanya jangan main terus,
lihat nih hasil ulanganmu jelek. Mama gak mau punya anak bodoh!”.
Perkataan ”bodoh” yang bertubi-tubi diterimanya lama kelamaan tercetak
dalam pikirannya. Maka tak heran jika pribadi yang terbentuk adalah
pribadi yang berlagak bodoh karena dia telah yakin bahwa dirinya memang
bodoh. Inilah keyakinan yang negatip, jika tidak dirubah ke arah
keyakinan positip akan dapat meruntuhkan masa depannya.
Sebuah keyakinan bisa dibangun meskipun anak yang telah dicap bodoh
tadi telah tumbuh menuju remaja atau dewasa. Membangun keyakinan adalah
membangun mental. Mari kita renungkan, mengapa Allah memerintahkan kita
Sholat wajib 5 kali sehari, sehingga kita harus membaca Takbir
sebanyak 102 kali dalam sehari, Surat Al Fatihah sebanyak 17 kali dalam
sehari, dan kalimat Syahadat sebanyak 9 kali dalam sehari. Jika
seseorang melakukan sholat denga khusyu’, dengan hati, dengan penuh
makna, dan dengan rasa takut kepada Allah, maka pengulangan kalimat
takbir (Allahuakbar) yang dibaca 102 kali dalam sehari akan menumbuhkan
mentalnya untuk mencintai Allah, merasa kecil dan takut di hadapanNya.
Surat Al Fatihah yang dibaca 17 kali juga membangun mental untuk
meyakini kekuasaan Allah, menggantungkan harapan, memohon petunjuk,
perlindungan dan pertolongan hanya kepada Allah semata. Kalimat syahadat
yang dibaca 9 kali dalam sehari, membangun mental untuk menjadikan
Allah sebagai satu-satunya komitmen, hanya Allah saja yang ada di dalam
kalbunya. Pembangunan mental seperti ini dapat sukses jika sholat
dilakukan dengan khusyu”. Inilah repetition power,
kekuatan pengulangan. Bahwa sesuatu yang diucapkan berulang-ulang
dengan sungguh-sungguh, sehingga merasuk ke dalam hati, maka akan dapat
merubah mentalnya. Namun jika sholat dilakukan hanya sekedar untuk
menggugurkan kewajiban saja, hanya sebatas ritual tanpa hati, maka
sholatnya tidak berbekas kepada perilakunya dan tidak merubah mentalnya.
Repetition power telah diajarkan langsung oleh Allah Yang Maha Cerdas
(Al Rosyid) untuk membangun mental, merubah mental ke arah yang
positip. Selain dalam sholat, repetitif power juga dapat diraih melalui
kalimat-kalimat zikir. Kalimat tasbih (Subhanallah), tahmid
(Alhamdulillah), tahlil (Laa illaha illallah) dan takbir (Allahuakbar)
kita ucapkan berulang-ulang dalam berzikir, puluhan kali bahkan ratusan
kali. Meskipun kalimat zikir itu kita ucapkan ratusan kali, namun jika
hanya di bibir saja tanpa penghayatan di hati, maka tidak akan muncul
dampak dalam pembangunan mental.
Sebaliknya jika ucapan zikir itu hanya puluhan kali namun diucapkan
dengan sepenuh hati, dengan khusyu’, maka zikir itu akan merubah mental
berupa timbulnya rasa takut, ta’zim, syukur dan pengagungan terhadap
Allah SWT.
Itulah kekuatan pengulangan (repetition power) yang mampu membangun
dan merubah mental ke arah positip. Bagaimana dengan usaha untuk
membangun sebuah keyakinan (belief)? Maka dapat melakukan repetition
power terhadap kalimat yang membangkitkan semangat untuk belajar.
Misalnya saja kalimat ”aku pintar”. Ucapkanlah dengan keras namun tetap
dalam penghayatan hati, misalnya 100 kali, maka lama kelamaan akan
merubah mental yang tadinya bodoh menjadi pintar. Jika ucapan ”aku
pintar” diulang 100 kali setiap pagi ketika hendak berangkat sekolah
atau kuliah, dengan penuh perasaan, maka hal ini dapat merubah konsep
diri yang semula adalah ”aku bodoh” menjadi ”aku pintar”. Perubahan
konsep diri ke arah yang positip akan menimbulkan keyakinan (belief)
yang sangat bermanfaat dalam menumbuhkan motivasi dan memberikan energi
(sebut saja energi quantum) untuk meraih sukses dalam belajar.
Belief tumbuh dari prasangka positip, pikiran positip, dan yang lebih
power full adalah perasaan positip. Dalam buku ”The Secret” yang
ditulis oleh Rhonda Byrne, pikiran positip akan menarik hal-hal positip
di alam semesta sesuai dengan ”hukum tarik menarik” (The Law of
Attraction). Rahasia besar adalah adanya hukum tarik menarik di level
alam quantum yang dapat merubah hidup seseorang melalui pikiran dan
perasaannya. Setiap kita berpikir, atau berperasaan, maka pikiran dan
perasaan itu akan memancarkan gelombang dengan frekuensi tertentu ke
alam quantum di semesta raya. Menurut hukum tarik menarik, pikiran atau
perasaan positip akan menarik hal-hal positip yang berada dalam
frekuaensi yang sama dengan pikiran dan perasaan kita. Frekuensi positip
atau negatip yang akan ditarik? Tergantung pada apa yang kita pikirkan
dan frekuensi itulah yang akan datang di dalam kehidupan kita.
Kita seperti sebuah pemancar, yang setiap saat memancarkan gelombang
dengan frekuensi tertentu sesuai dengan pikiran dan perasaan kita.
Perasaan syukur dan ikhlas merupakan pemancar terkuat
untuk menarik frekuensi positip seperti ketenangan, ketentraman,
kesehatan, kecukupan atau bahkan kekayaan. Sedangkan perasaan negatip
seperti dendam, iri, dengki dan selalu mengeluh merupakan pemancar yang
menarik frekuensi negatip seperti datangnya penyakit, hidup susah, dan
tidak bahagia. Jadi, masih menurut buku The Secret, kita akan dapat
merubah nasib hidup kita dengan cara merubah pola pikir dan perasaan
kita. Jika perasaan putus asa dirubah dengan keyakinan, yang selalu kita
pancarkan ke alam quantum setiap saat, maka datanglah rasa optimis dan
kesuksesanpun menjadi kenyataan.
Hukum tarik menarik di alam semesta ternyata sesuai dengan ilmu matematika. Coba kita hitung : (-1) + (-1) = -2 . (-2) + (-2) = -4. (-3) + (-3) = -6. Dan
seterusnya, semakin besar angka minus bila dijumlahkan dengan angka
minus menjadi semakin minus. Artinya, jika kita memikirkan hal negatip
sekali dalam sehari, 7 kali dalam seminggu, maka dalam waktu seminggu
kita mengumpulkan 7 kali keburukan. Maka 7 keburukan itu akan menarik 7
keburukan di alam quantum dan akan kembali kepada kita sebagai 7 macam
keburukan yang menimpa kita. Itu kalau dalam sehari kita hanya sekali
saja berpikir negatip. Bagaimana kenyataan selama ini? Jangan-jangan
lebih dari sekali bahkan seringkali kita berpikir negatip dalam sehari?
Maka tinggal menghitung saja berapa jumlah keburukan yang kita tarik
dari alam semesta.
Berdasarkan fakta seperti itu maka sebaiknyalah kita mulai menghapus saja pola pikir yang negatip, lalu kita ganti dengan operating system yang baru. Setelah semua pikiran dan perasaan negatip kita delete,
lalu kita ganti dengan pikiran dan perasaan positip seperti optimis,
semangat, syukur, dan ikhlas, maka kita mengumpulkan dan memancarkan
energi positip ke alam quantum, yang akan menarik kebaikan-kebaikan pada
diri kita. Menurut perhitungan matematika, jika kita memancarkan 3
pikiran positip dalam sehari, maka kita akan menerima 21 kebaikan dalam
seminggu. Namun kenyataannya jauh lebih banyak kebaikan yang datang
kepada kita bukan? Ya, kebaikan yang kita terima bahkan jauh lebih
banyak dari pikiran dan perasaan positip yang kita pancarkan ke semesta.
Sesungguhnya apa yang dikupas dalam buku The Secret, adalah rahasia Al
Qur’an yang telah tertulis 1400 tahun yang lalu. Gaya tarik menarik di
alam quantum adalah firman Allah. Dalam QS.Ar Rahman: 60, Allah
berfirman ”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. Allah SWT juga berfirman dalam QS Al An’aam: 160, Allah berfirman ”setiap amal kebaikan akan dibalas 10 kali lipat dari amalnya”. Dalam QS. Al Mu’min: 40, Allah berfirman ”Barangsiapa melakukan kejahatan, maka dia tidak dibalas melainkan sebanding dengan kejahatannya itu”. Lalu dalam QS. Anisa: 79, Allah berfirman ”Semua kebaikan datangnya dari sisi Allah dan semua keburukan datangnya dari dirimu sendiri.”. Dan dalam hadist Qudsi : ”Sesungguhnya Aku akan mengikuti persangkaan hambaKu dan Aku akan senantiasa menyertainya jika berdoa kepadaKu ”.
Bukankah ayat-ayat Allah di atas adalah rahasia yang mengungkapkan
hukum tarik menarik (The law of attraction)? Bahwa kebaikan akan menarik
kebaikan dan keburukan akan menarik keburukan? Itulah rahasia quantum,
rahasia yang telah tertulis dalam kitab suci Al Qur’an 1400 tahu lalu.
Siapakah penguasa alam semesta termasuk alam quantum di dalamnya?
Dialah Allah, Yang Maha Menguasai dan Maha Mengatur. Kebaikan yang kita
lakukan pasti akan mendapatkan balasan berupa kebaikan pula, bahkan
setiap satu kebaikan akan dibalas dengan 10 kalinya. Sedangkan setiap
satu kejahatan dibalas sebanding dengan kejahatannya itu. Itulah
sebabnya Allah berfirman bahwa semua kebaikan datangnya dari sisi
Allah dan semua keburukan datangnya dari dirimu sendiri. Demikian pula
dengan prasangka, jika kita berprasangka positip kepada Allah, mudah
saja bagi Allah untuk mengirimkan hal-hal yang kita pikirkan dan kita
rasakan itu menjadi kenyataan. Dan prasangka negatip akan mengirimkan
hal-hal buruk kepada kita. Hukum tarik menarik di alam quantum ini tentu
saja tidak lepas dari campur tangan penguasa alam semesta, Allah
Rabbal alamin.
Dalam buku The Secret dijelaskan bahwa apa yang kita inginkan dapat kita raih dengan tiga langkah : Meminta, percaya, dan menerima.
Lalu hukum tarik menarik di alam quantum yang akan merealisasikannya.
Bukankah hal itu juga telah dijelaskan dalam Al Qur’an 1400 tahun yang
lalu? Inilah tiga langkah yang dituntun langsung dari Allah Yang Maha
Mengabulkan Doa (Al Mujib). Langkah pertama adalah berdoa (meminta).
Dalam QS. Al Mukmin: 60 Allah berfirman ” Berdoalah kepadaKu niscaya Aku perkenankan bagimu ”. Selain itu di dalam QS.Al Baqarah:186, Allah juga berfirman ”Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu), dan hendaklah
mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Langkah kedua adalah yakin, bahwa Allah akan mengabulkan doa kita
sesuai dengan janjiNya. Untuk itu syaratnya adalah berdoa dengan
khusyu’. Inipun atas tuntunan Rasulullah SAW dalam sabdanya ”Jika engkau berdoa, berdoalah dengan khusyu”, dan yakinlah pada pengabulanNya”.
Betapa seringnya kita berdoa, tapi tidak meyakininya. Seringkali kita
lebih percaya pada janji seseorang dibandingkan dengan janji Allah.
Padahal segala sesuatu sangatlah mudah bagi Allah, sebagaimana firmanNya
dalam QS. Yasiin: ”Apabila Ia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya ’Jadilah’, maka jadilah ia”. Jika kita mengaku beriman kepada Allah, kenapa tidak yakin terhadap janjiNya?
Langkah ketiga adalah menerima.
Apa yang dikabulkan dari doa kita maka harus kita terima dengan
perasaan syukur. Allah Maha Tahu akan kebutuhan kita, Dia Maha teliti
dan mengukur dengan pasti dalam bentuk apa dan seberapa doa yang
dikabulkan untuk kita. Yang jelas Allah sudah mengatur bahwa yang
dikabulkan itu adalah yang paling pas buat kita. Oleh karena itu kita
harus menerimanya dengan rasa syukur,
Lalu perasaan syukur inipun akan memancar lagi ke alam semesta dan
menarik frekunsi positip, demikian seterusnya. Maka perasaan syukur dan
ikhlas adalah kunci utama dalam menarik frekuensi positip secara terus
menerus dari alam semesta untuk kita. Hal inipun telah dijanjikan oleh
Allah dalam QS.Ibrahim:7, ”Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”.
Maka perasaan syukur dan ikhlas merupakan frekuensi tertinggi dalam
menarik frekuensi positip dari alam quantum untuk mewujudkan kebaikan
dan kebahagiaan.
Belajar meraih ”belief” dari Ibrahim dan Siti Hajar.
Ketika Nabi Ismail masih bayi, Allah memerintahkan agar Nabi Ibrahim
membawa Siti Hajar dan bayinya Ismail ke Mekkah. Baru saja sampai di
Mekkah, Allah segera memerintahkan agar Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar
dan Ismail, untuk meneruskan misi dakwahnya di negeri Kanaan. Betapa
berat Nabi Ibrahim mendengar perintah itu, bagaimana mungkin bayi yang
sekian lama didambakannya kini harus ditinggalkannya. Apalagi tempat itu
adalah padang pasir yang tandus, tak ada sumber air dan tanaman, tak
ada buah-buahan, sehingga tak ada penghuni seorangpun di sana. Nabi
Ibrahim khawatir dan ragu, tak tega rasanya meninggalkan Siti Hajar dan
bayinya di tempat seperti ini.
Nabi Ibrahim adalah seorang hamba Allah yang sangat taat, tunduk dan
patuh terhadap segala perintah Allah. Apapun resikonya, Nabi Ibrahim
tidak pernah menentang perintah Allah. Akhirnya beliau mengambil
keputusan yang bulat untuk tetap mentaati perintah Allah, meskipun harus
meninggalkan istri dan bayi yang hampir seratus tahun didambakannya.
Kenapa? Karena dia yakin
akan jaminan pertolongan Tuhannya. Ketika Nabi Ibrahim berjalan akan
meninggalkan tempat itu, istrinya Hajar mengikutinya dan bertanya
:”Wahai Ibrahim, kamu akan pergi kemana? Apakah engkau akan meninggalkan
kami di tempat seperti ini, yang tidak ada manusia dan tidak ada
apa-apa?” Ibrahim hanya diam tak mampu menjawab, kepalanya tertunduk.
Hajar bertanya lagi berulang-ulang dengan pertanyaan yang sama, namun
Ibrahim tetap tak menjawab. Akhirnya Hajar bertanya :”Apakah ini
perintah Allah?”. Akhirnya Nabi Ibrahim menjawab :”Ya, ini perintah
Allah”. Dengan sabar dan penuh tawakkal Hajar berkata :”Kalau begitu
pergilah, aku yakin Allah tidak akan menterlantarkan kami”
Nabi Ibrahim berjalan meninggalkan Hajar dan Ismail tanpa menoleh,
karena khawatir jika menoleh hingga melihat bayinya, akan dapat
menggoyahkan kebulatan tekadnya. Setelah melewati bukit sehingga jika
menoleh tak lagi melihat Hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim berhenti, lalu
menghadap ke arah Baitullah sambil mengangkat kedua tangannya dan
berdo’a, dengan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkannya:
“Ya
Tuhan kami, aku meninggalkan sebagian keturunanku di lembah tak
bertanaman di dekat RumahMu yang suci. Ya Allah tolonglah agar mereka
mendirikan sholat. Maka jadikanlah hati manusia suka kepada mereka dan
berikanlah buah-buahan kapada mereka agar mereka bersyukur” (QS. Ibrahim : 37)
Tinggalah Siti Hajar bersama bayinya di tempat yang gersang itu.
Ketika perbekalan telah habis, Ismail yang masih bayi menangis kehausan
dan kelaparan, karena air susu Hajar telah kering. Padahal Siti Hajar
tak bisa menyusui anaknya tanpa air minum dan makanan. Siti Hajar
mencari air berjalan bolak balik antara bukit Shafa dan bukit Marwah.
Di tengah pencariannya itu dilihatnya seperti genangan air yang
menghampar di kejauhan. Maka dengan penuh semangat dia berlari-lari ke
arah yang disangkanya genangan air itu. Lalu ketika ternyata yang
dilihatnya hanyalah fatamorgana, tak ada setetespun air di sana, Siti
Hajar tidak pernah berhenti. Dia terus berlari bolak balik mencari air
demi bayinya yang kehausan. Apalagi didengarnya bayi mungilnya itu
menangis, Siti Hajar semakin keras berjuang untuk mendapatkan air.
Setiap sampai di puncak bukit Shafa maupun di puncak bukit Marwah, ia
memandang ke segala arah sambil memanggil “Tolong, apakah disana ada
orang?”. Namun tak pernah ada jawaban. Tempat itu begitu panas,
gersang dan tandus hingga tak ada orang yang mau tinggal di sana. Namun
Hajar tetap berusaha, setiap kali gagal ia tak pernah putus asa, terus
berjuang dan berjuang lagi, berlari-lari dengan tegar tanpa henti,
tanpa kenal lelah, dengan satu harapan kepada Allah Ar Rahman Ar Rahim
agar menyelamatkan anaknya.
Itulah Siti Hajar sang ibu teladan, dengan optimis dan tawakkal ia tetap berbaik sangka kepada Allah, yakin
akan pertolongan TuhanNya. Setelah 7 kali berlari bolak-balik sambil
berdoa, akhirnya ia menemukan air yang sekarang dikenal dengan sumur
Zam-Zam, atas pertolongan Allah Yang Maha Pemberi (Al Barr). Itulah
bukti kasih sayang Allah terhadap hambaNya yang takwa, sabar, yakin akan
pertolongan Tuhannya, pantang putus asa, dan bertawakkal (pasrah
kepada Allah). Sumur zam-zam yang tak pernah kering itu, meskipun
berjuta-juta orang mengambilnya setiap tahun, merupakan tanda kekuasaan
Allah Al Malik di Baitullah. Keberkahan air zam-zam dijelaskan oleh
Rasulullah dalam sabdanya :
“Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan obat segala penyakit” (HR. Ath Thabarani)
Ritual sa’i juga mengandung pesan bahwa kegagalan adalah awal dari
kesuksesan, apabila kegagalan itu dijadikan cambuk untuk meneruskan
perjuangan dengan lebih keras lagi. Kegagalan juga dapat menghancurkan
kesombongan, dan dengan hancurnya kesombongan itu akan tumbuh rasa
rendah hati dan lebih cerdas mengendalikan emosi. Nilai ridha Allah
dalam Sa’i adalah ketika berjalan dan berlari, saat berusaha dan
berjuang sebagai wujud ibadah kepada Allah. Orang yang tawakkal adalah
orang yang berserah diri kepada Allah setelah berjuang dan berdo’a. Tawakkal bukan berarti hanya pasrah tanpa perjuangan.
Siti Hajar tidak duduk termangu, tidak berdiam diri sambil berputus
asa. Ketika merasa usahanya sia-sia, Siti Hajar tetap berbaik sangka
kepada Allah, dengan keyakinan
akan pertolongan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dan ia
bersyukur ketika Allah memberikan air zam-zam sebagai simbol berkah
rejeki dan keselamatan.
Siti Hajar adalah teladan untuk tetap teguh dalam berjuang
berlandaskan ketakwaan, kesabaran, keyakinan (bilief), optimisme dan
tawakkal. Teladan inilah yang dabadikan oleh Allah dalam ritual Sa’i,
sebagai pelatihan manusia untuk istiqomah, yaitu perjuangan yang gigih
dengan mengharap Ridha Allah. Perjuangan yang gigih dengan landasan
seperti yang dilakukan Siti Hajar, insyaAllah akan memberikan hasil,
meskipun kadang-kadang Allah memberikan hasilnya dari arah yang tidak
disangka-sangka. Lihatlah Siti Hajar yang mendapatkan air bukannya di
daerah anatara bukit Shafa dan Marwah, di mana dia berjalan dan berlari
mondar-mandir, melainkan di sebuah tempat antara Ka’bah dan bukit Shafa
yaitu di sumur zam-zam.
Jiwa sa’i sesungguhnya tidak hanya dilakukan di antara bukit Shafa dan
Marwah, tapi dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tanah air. Di
mana saja, setiap perjuangan adalah sa’i. Setiap usaha dan kerja keras
yang dilakukan dengan mengharap rahmat dan ridha Allah adalah sa’i.
Keluarnya air zam-zam sebagai hasil perjuangan Siti Hajar justru bukan
di tempat sa’i antara bukit Shafa dan Marwah. Demikian pula
kadang-kadang hasil perjuangan datang bukan dari arah yang kita
perjuangkan, melainkan dari arah yang tak disangka dan tak terduga.
Intinya, kewajiban manusia adalah berjuang, berusaha dan bekerja dengan
cara-cara yang halal, berlandaskan pada ketakwaan, kesabaran, keyakinan
(bilief), optimisme dan tawakkal, sedangkan hasilnya seberapa dan dari
mana adalah urusan Allah Yang Maha Kaya, Maha Memberi Karunia.
Itulah keyakinan (belief) yang harus kita teladani dalam menempuh
perjuangan, di antaranya adalah dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa
keyakinan (belief) dapat terjerumus ke dalam perasaan putus asa.
Sedangkan putus asa adalah hal yang dilarang, karena putus asa berarti
tidak percaya akan rahmat Allah. Sebaliknya, belajar dengan keyakinan
(belief) akan menimbulkan semangat dan optimis. Dalam proses
pembelajaran, jika seorang individu telah mengetahui bagaimana cara
belajar yang benar, cara belajar yang effektif dan menyenangkan, tidak
membosankan, maka keyakinan akan tumbuh dan melejitkan suksesnya
belajar. Seringkali seseorang yang berpotensi sangat cerdas justru
mengalami kegagalan dalam studinya karena tidak tahu cara belajar yang
benar, dan dia belajar tanpa keyakinan. Otak dan hatinya selalu diliputi
pikiran dan perasaan negatip dan buruk sangka, hal ini akan menguras
energi tubuhnya.
Belajar Dengan Fokus.
Sebagaimana telah dijelaskan pada awal dari bab ini, bahwa kondisi
fokus adalah kondisi di mana kita mengalami rasa rileks yang dalam dan
penuh konsentrasi ke dalam diri. Pada saat berada dalam kondisi fokus
maka kita telah menyingkirkan segala pengaruh yang mengganggu perhatian
kita pada suatu subyek tertentu. Ukuran kesuksesan dalam mencapai fokus
adalah sejauh mana kita dapat menghilangkan pengaruh yang mengganggu
sehingga perhatian kita benar-benar hanya tertuju kepada suatu hal yang
sedang kita pikirkan atau kita kerjakan.
Kunci sukses dalam belajar adalah memahami materi yang dipelajari.
Apapun materi yang dipelajari, tahap awal dalam proses pembelajaran
adalah memahami. Dalam belajar matematika, sebelum melakukan perhitungan
maka terlebih dahulu harus memahami persoalan dan bagaimana cara
menghitungnya. Demikian pula dalam mempelajari ilmu Fisika, Kimia, dan
ilmu teknik yang banyak melibatkan perhitungan. Bagaimanapun sebelum
mengingat rumus dan menghitung, langkah pertama adalah memahami. Begitu
pula materi pelajaran/kuliah yang tidak banyak melibatkan perhitungan,
melainkan banyak melibatkan hafalan (pengingatan), maka langkah pertama
juga memahami. Intinya, apapun yang dipelajari maka langkah pertama
untuk menuju kesuksesan belajar adalah memahami. Itulah sebabnya
Rasulullah SAW menuntun kita untuk berdoa sebelum belajar, yang artinya
”ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu, dan berilah kepadaku
kefahaman”.
Bagaimana kunci sukses agar dapat memahami materi yang dipelajari? Kuncinya adalah ”fokus”.
Ketika seorang guru atau dosen sedang menjelaskan materi pelajaran
/kuliah, maka kehadiran siswa/mahasiswa marupakan syarat yang hampir
mutlak terhadap kesuksesan proses pembelajaran. Kenapa demikian? Karena
apabila siswa/mahasiswa di dalam ruang kelas itu dapat berada dalam
kondisi fokus, maka mereka akan memperoleh pemahaman pada saat itu juga.
Hasil penelitian tentang otak manusia menyebutkan bahwa dalam kondisi
fokus maka otak berfungsi seimbang, sehingga terjadi harmonisasi antara belahan otak kiri dan otak kanan. Pada kondisi ini tercapailah apa yang disebut kondisi super learning. Kondisi inilah yang
dibutuhkan agar terjadi pemahaman terhadap materi bahan
pelajaran/kuliah yang sedang disajikan oleh guru/dosen. Jika pemahaman
itu langsung dituangkan ke dalam bentuk catatan, maka otak mereka telah
merekam lebih dari 50% dari kandungan materi yang harus diingat.
Selebihnya adalah pengulangan kembali (rehearsal), dan dengan teknik
yang tepat maka materi pelajaran/kuliah itu disimpan dalam memori jangka
panjang agar mudah diingat kembali. Teknik untuk memasukkan materi
pelajaran/kuliah ke dalam memori otak jangka panjang akan dipelajari
secara khusus pada bab selanjutnya dalam buku ini. Namun sekali lagi,
kesuksesan seseorang dalam belajar sangat tergantung pada sejauh mana
dia bisa fokus.
Masalahnya adalah seringkali sulit untuk mencapai kondisi fokus. Pada
saat guru/dosen mengajar, menjelaskan tentang materi tertentu, pikiran
kita justru melayang-layang ke berbagai penjuru, memikirkan hal lain
yang tidak ada hubungannya dengan materi yang sedang dipelajari.
Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan tentang pengertian quantum di
awal bab ini, bahwa kondisi fokus akan tercapai ketika kita berada dalam
kondisi ikhlas.
Perasaan ikhlas merupakan puncak dari akumulasi perasaan positip
seperti syukur, sabar, tenang, tentram, damai dan bahagia. Perasaan
positip ini menyebabkan vibrasi sel-sel otak berada pada frekuensi
tinggi sehingga otak kita penuh tenaga. Itulah sebabnya pada saat
perasaan berada pada kondisi ikhlas, fokus, maka sangat memungkinkan bagi kita untuk memahami suatu materi pelajaran/kuliah dengan mudah.
Perasaan ikhlas tidak mungkin dicapai ketika kita sedang diselimuti
perasaan negatip seperti suka mengeluh, cemas, gelisah, marah, takut,
dan mementingkan hawa nafsu. Perasaan negatip ini menyebabkan vibrasi
sel-sel otak berada pada frekuensi rendah sehingga otak kita tak punya
tenaga. Kenapa? Karena tenaganya habis untuk memikirkan hal-hal yang
negatip tadi. Dengan kondisi otak yang tak bertenaga tentu saja akan
sulit untuk mencapai kondisi fokus dan materi pelajaran/kuliah tidak
dapat dipahami dengan baik.
Sesungguhnya Allah telah memberikan pelatihan/training setiap hari
agar kita mudah mencapai kondisi fokus, yatu melalui sholat khusyu’.
Dalam sholat wajib 5 kali sehari, minimal kita berlatih 5 kali khusyu’.
Namun sejujurnya kita seringkali merasa sulit mencapai khusyu’ dalam
sholat. Meskipun pada awal sholat sudah berniat untuk khusyu’, namun
ditengah-tengah sholat pikiran kita melanglang buana ke mana-mana.
Ketika bibir komat-kamit membaca bacaan sholat, dengan gerakan sholat
yang sesuai syariat, bersamaan dengan itu pikiran kita melayang-layang
memikirkan hal-hal yang lain, dan tahu-tahu sholat sudah selesai. Kita
melaksanakan sholat seperti mimpi, kita hanya membaca dan bergerak tanpa
hati. Barangkali itulah sebabnya Allah Al ’Aliim Yang Maha Mengetahui
tidak menjadikan khusyu’ sebagai rukun sholat, karena Dia maha
mengetahui kelemahan hambaNya. Namun tentu saja tingkat kekhusyukan
dalam sholat akan menentukan besarnya nilai pahala yang akan kita raih.
Dalam catatan Malaikat pasti berbeda nilai pahala sholat yang dilakukan
dengan 20% khusyu’ dan 80% khusyu’. Kita dapat memperkirakan diri kita
masing-masing, seberapa khusyu’ sholat kita?
Manusia yang cerdas sesungguhnya adalah manusia yang selalu ingin
belajar. Dan manusia yang baik sesungguhnya adalah manusia yang selalu
ingin meningkatkan perbuatan baiknya. Maka sudah seharusnya kita selalu
belajar untuk meningkatkan kekhusyukan dalam sholat, dan jika khusyu’
telah menjadi kebiasaan maka kita akan lebih mudah mencapai kondisi
fokus. Dalam berdoa maupun dalam belajar, kita sangat membutuhkan
kondisi fokus dan tidak terlalu dulit mencapainya jika sudah terbiasa
dengan kondisi khusyu’ (fokus) dalam sholat. Bukankah kebiasaan khusyu’
juga merupakan ”repetition power” yang dapat merubah mental seseorang?
Latihan fokus merupakan salah satu bagian dalam program training QPL,
karena kami menyadari betapa pentingnya kondisi fokus
(khusyu’/konsentrasi) dalam sholat, dalam berdoa, dan dalam belajar.
(Diambil dari pondok belajar.com)